Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 16 Maret 2009

Aku Benci Rumah Sakit


Sudah beberapa minggu ini, si inang selalu mengeluh nggak bisa tidur. Badannya semakin melemah. Nafsu makannya pun hilang. Aku bingung. Karena di rumah ini hanya tinggal kami bertiga. Kalau siang kutinggal ke kantor, bagaimana nasibnya di rumah. Selalu itu yang menjadi pikiranku.

Akhirnya setelah berembug dengan kakak dan abang diputuskan lah si inang harus dirawat di Rumah Sakit. Yang nungguin??? siapa lagi kalau bukan aku. Memang selalu aku yang menjadi andalan untuk urusan merawat orang sakit dan rumah sakit. Si inang pun nggak pernah mau dipegang orang lain.

"Sudahlah, ini saat kamu berbakti sama orangtua," begitu kata kakakku.
"Bukannya selama ini memang aku yang mengurus beliau," jawabku.
"Ya karena memang cuma kamu yang sabar menghadapi si Inang".

Selalu itu yang menjadi kalimat andalan mereka, sabar.. sabar... sabar...
Memang tidak ada kata hitung-hitungan untuk orang tua, tapi mauku mereka semua juga merasakan gimana rasanya tidur di rumah sakit. Terbangun tengah malam untuk mengantar ke toilet, atau hanya sekadar minta minum. Belum lagi menghadapi kerewelan beliau.

Orang bilang, manusia yang sudah sepuh akan kembali seperti anak-anak. Memang betul... Tapi menghadapi kelakuan anak-anak ternyata jauh lebih menyenangkan dari pada harus menghadapi orang tua yang tidak bisa kita bantah kemauannya. Apalagi dalam kondisi sakit seperti ini.

Hatiku penuh... ingin teriak menumpahkan semua kesal, galau, gundah dan entah apalagi yang ada didalam hati ini. Tapi aku nggak bisa. Tetes-tetes airmata saja yang bisa menghilangkan sesak ini. Tuhan, beri aku kekuatan untuk menghadapi semua ini. Mudah-mudahan ini bisa menjadi ladang pahalaku.




Read more...

Teman Kerja dan gila-gilaan...

Mereka ini teman-teman yang asik. Kalau punya klient ok, pasti bagi-bagi. Kalau punya acara ok, juga pasti ngajak-ngajak.


Hi temans... terima kasih kalian ada didalam hidupku. Selalu memberi semangat buatku.

Read more...

Absolut Vodka



Sebelum Budha Bar bubar, masih sempet nih foto-foto di acaranya Absolut Vodka. Serrruuuuu..... Mudah-mudahan ini bukan event terakhir yang digelar di Budha Bar. Tempatnya keren abis, sayang kalau ditutup.

Sayang malam itu nggak sempet foto dibawah patung Budha yang maha besar diruang tengahnya Budha Bar.

Read more...

Rabu, 11 Maret 2009

Satu sama


Jangan sepelekan soal sandal jepit. Gara-gara si sandal jepit ini, akhirnya si dia pun harus membeli sepatu yang harganya berpuluh kali lipat dari harga si sendal.

Awal cerita begini..

Malam itu di Bandung yang berhawa agak sedikit dingin
Kami dengan langkah santai berjalan menuju kantor pos untuk mencari tau jadwal buka kantor pos esok hari.

Setelah urusan dengan kantor pos selesai, kami pun lanjut menuju Bandung Indah Plaza. Ga ada rencana apa-apa, cuma mengisi malam-malam kami sambil menunggu esok tiba.
Diperjalanan tiba-tiba dia berhenti sambil memetik rimbunan pohon yang ada dimuka rumah orang.
"Nda, coba rasain, pucuknya manis lo," katanya sambil menyodorkan pucuk batang pohon tersebut ke mulutku.

Dengan sedikit rasa heran dan tidak percaya, akupun mengatupkan mulut untuk merasakannya. Ketika pucuk itu masuk ke mulutku dia pun dengan bersemangat menariknya kembali, sehingga batang pohon itu tertinggal sebagian dimulutku.

Dia tertawa dengan penuh kemenangan dan akupun tersadar kalau dia sudah memulai keisengannya.
Awas ya.. tunggu pembalasanku.

Kami pun melanjutkan langkah menuju mall langganan kami, karena itulah yang paling dekat dengan tempat tinggalnya.

"Liat sepatu dulu ya Nda," katanya.
Akupun menurut saja. Dengan sabar aku menunggu, karena aku tau nggak mudah mencari sepatu untuk ukuran kakinya yang diluar normal.
Sesaat kemudian, dengan tergopoh-gopoh dia menghampiriku,
"Bunda, coba liat kaki ayah".

Tanpa bisa kutahan tawaku pun meledak. Ternyata kaki kanan dan kirinya memakai sendal yang berbeda. Dia pun melotot.
"Bunda ih, bukannya tadi mau berangkat ngeliatin dulu sekarang malah ngetawain," katanya.
Eh enak aja dia nyalahin aku. Itulah balasan atas keusilanmu tadi. Satu samaa....

Read more...

Selasa, 03 Maret 2009

Gulana

Sedih bersetubuh dengan hatiku
Gundah erat memeluk jiwa
Walau telah kuhalau, tapi tetap tak mau pergi
Duhai gelisah.... jangan kau rangkul aku
Menjauhlah dari hatiku
Pergilah.. terbanglah bersama angin
Biarkan hati ini bernyanyi, walau terdengar sumbang
Aku tak mau dia tau kesedihanku

Read more...

Senin, 02 Maret 2009

Bandung Tak Lagi Asik

Cuy…Sabtu ikutan ke Bandung yuk, ada farewel partynya GM di sana, kata Edoy salah seorang teman media saat kami sedang berkumpul di sebuah hotel pinggir pantai Jakarta.

Sabtu??? Itu hari keluarga. Gue harus nemenin anak gue ikut festival.

“Ada aja alasannya, mentang-mentang ngga ada lagi yang dikunjungi disana,” jawabnya kesal.

Setelah 'Dia' berencana pindah ke Pulau Dewata, mendengar kata Bandung tidak lagi membuat hati ini bersorak. Hanya membuat sedih, karena dalam waktu singkat begitu banyak kenangan yang tertinggal disana.

“Kita disiapin kamar cuy.. seperti biasa. Yuukkk kita weekend sama teman-teman”, katanya lagi.

"Nggak ah", kataku lagi.

Setelah aku menolak ajakan Edoy, tiba-tiba 'Dia' berencana untuk membereskan barang-barangnya yang masih tersisa di Bandung untuk segera dikirim ke Bali. Dan aku bermaksud membantunya mengepak dan mengantar barang-barang itu ke ekspedisi.

Sabtu sore pun kami menuju Bandung, menghabiskan malam yang tersisa, menelusuri jalan yang biasa kami lalui, tertawa, mengomentari orang lewat.

Kami juga sempatkan mampir di warung bubur langganan kami, juga menyambangi teman sambil berpamitan. Malam itu kami tutup dengan nonton Eagle Eye walau sebagian cerita filmnya kami nggak tau karena tertidur didalam bioskop.

Bandung, kutitipkan kenanganku padamu.




Read more...

Entri Populer

Komunitas

Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources