Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 13 November 2009

Menanti Hujan

Hari ini mau kemana ya? Ah tiba-tiba soulmate ku menawarkan untuk datang ke kantornya. Sekedar buat main onet. Mainan favorit kita. Wah senangnya... Tapi sebelum aku main ke kuningan, aku mampir ke kantor dulu ah, liat-liat FB, buka-buka email. Kirim-kirim message, mumpung gratis, hehe...

Herannya setelah sampai dikantor, bokong yang sudah manis menempel dikursi yang lumayan empuk ini enggan untuk beranjak. Akhirnya kukabarilah sang soulmate untuk bertandang ke kantorku dan dijawab dengan sigap Ya oleh dia.

Setelah tak lama sang soulmate datang, hujan pun turun dengan derasnya. Akhirnya kami menghabiskan sore yang gelap dengan tawa, saling mengejek diantara derasnya hujan dan sambaran petir.

Sementara hujan tak kunjung reda.. Jalanan pun ampun macetnya. Mendengar berita bahwa jalan protokol digenangi air juga beberapa jalan lain di ibu kota, tak terkecuali akses jalan menuju kerumah ku, yang memang langganan banjir dari tahun ke tahun.

Hari semakin larut. Hujan pun tak kunjung reda. Akhirnya kami nekad pulang ditengah gerimis dan malampun telah menunjukkan pukul 22.30. Sampai di Blok M, terminal yang biasanya riuh malam itu terasa begitu sepi. Kendaraan yang menuju ke rumahku pun yang biasanya bejibun saat itu hanya ada dua dan itupun tak sampai tujuan, bahkan setengah perjalananpun tidak.

Usut punya usut ternyata Cipulir dan BNI banjir. Duh, itu jalur yang harus kulalui. Terbayanglah kemacetan panjang yang harus aku alami. Berdasarkan pengalaman, biasanya aku akan sampai rumah menjelang pagi. Otak pun berpikir gimana caranya bisa sampai dirumah tanpa harus melalui banjir dan kemacetan itu. Akhirnya akupun berusaha mencari taksi, tapi taksipun nggak mau mengingat jauhnya jalur dan mungkin banjir atau macet yang akan dilalui.

Heeemm... mungkin seorang teman yang berprofesi sebagai Public Relation sebuah hotel dapat membantu. Alhamdulillah ternyata kemudahan kudapatkan. Sang teman menyediakan sebuah kamar untuk kami. Aku dan soulmate pun meluncur. Sampai disana tanpa banyak aturan kami pun dapat menempati kamar kami.

Fifi.. senangnya bisa berkumpul dikala kita susah, menghabiskan waktu, merenda sore yang tanpa mentari.... Menghabiskan malam dengan mendengar dengkurmu. Sheila, terima kasih telah menyediakan kamar untukku.

Read more...

J E N U H

Tiba-tiba aku ngerasa jenuh. Jenuuuhhh banget. Kacau, hati berdebar-debar. Perasaan ini kurasakan hampir satu minggu ini. Entah apa yang mau terjadi. Di rumah pun suasana tidak mendukung. Mau cerita ke si inang, bukan jawaban yang didapat malah beliau yang balik berkeluh kesah dan malah membuat beliau resah.

Ma'af ku jenuh dengan semua ini... Ingin rasanya pergi kesuatu tempat yang bisa menghilangkan rasa ini. Atau rasa ini kuberikan pada siapa saja yang bisa dengan ikhlas dan lapang dada menerimanya.

Aku jenuh, ingin mengadu. Cuma Tuhan yang setia mendengar semua keluh kesahku, sedihku, kesalku bahkan dendamku...

Tuhan, Engkau sungguh tahu semua isi hatiku... Tolonglah aku keluar dari semua keluh ini, semua beban ini... Jangan Engkau berpaling dariku... Tetaplah selalu berada disisiku, dalam setiap pintaku, dalam setiap doaku...

Aku percaya, apa yang kuminta tidak Engkau kabulkan saat ini juga itu semata demi kebaikanku. Tapi aku tetap menunggu janjimu Tuhan...

Read more...

Senin, 14 September 2009

Aku Hadir Lagii....

"Mbaakk... mana tulisan lu, kok mandeg?", begitu kata si gembil Enno, temanku yang menjerumuskan aku ke dunia ini.

"Iya nih, otak gue lagi buntu. Di tempat gue yang baru ngga banyak kesempatan buka-buka blog apalagi buat nulis. Akhir-akhir ini gue sibuk pula, lengkaplah sudah penderitaan gue," jawabku.

Ma'af beribu ma'af, akhirnya kesibukan yang kusalahkan gara-gara aku tidak sempat menulis, bahkan hanya untuk sebait kata atau sepenggal pesan.

Aku baru benar-benar menyadari, ketika anak harus masuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Ternyata yang lebih sibuk itu orang tua. Sementara si anak dengan santai cuma bilang, ya terserah mama aja. Duh.. duh.. anak sekarang...

Dari mulai mencari sekolah, daftar bahkan menemani saat hari pertama masuk sekolah, semua harus mama. Tapi lucunya, ketika sudah seminggu sekolah berjalan dia mulai wanti-wanti.

"Mama ngga usah nganter aku kesekolah ya, mama ngga usah nemenin ya", katanya.

Begitu rupanya ya kalau sudah banyak teman. Malu kalau keliatan mamanya masih nungguin. Merasa sudah menjadi anak remaja. Maklum, sekarang kan sudah kelas 7 udah SMP, walau dirumah semua masih harus mama, bahkan untuk urusan makan dan tidur...

Read more...

Rabu, 08 Juli 2009

Mak Kiki Lagi Error

Sudah lama ditunggu, yang empunya blog tak kunjung mengapdet blognya. Terpaksalah saya sebagai orang yang merasa bertanggung jawab menjerumuskannya ke lembah blogger, memutuskan untuk mengisi kehampaan, eh kevakuman.

Tadi subuh saya mengiriminya pesan pendek, berusaha menggugah kesadarannya untuk mengapdet blog. Tapi si emak-emak satu ini menjawab dia sedang error karena sibuk mengurus sekolah Zaky, anak semata wayangnya.

Ya sudahlah.
Saya mau ngacak-ngacak dulu di sini. Sekalian mau bilang sama dia:

I miss you....
Huhuhuhu...

Kemaren pulang sebentar ke Jakarta, tapi cuma dua hari dan nggak sempet ngerumpi.
Menyedihkan! Padahal loe kan partner in crime gue, Mbak......

Huhuhuhu.....
hiks...

Read more...

Rabu, 27 Mei 2009

Begini Sajakah Akhirnya...


Malam sudah larut ketika seorang perempuan 'iblis' tiba-tiba mengacak-ngacak duniaku. Mengganggu tidur lelapku, bahkan mengganggu hubunganku dengan kamu. Kamu kesal dengan jawaban-jawabanku ke 'iblis' itu. Aku tau, kamu tidak mau aku sedih dan terluka lagi.

"Kamu nggak perlu basa-basi langsung tutup aja telphonenya", katamu dengan intonasi yang sedikit tinggi

"Kamu nggak ngerti, ada kasus yang harus aku luruskan", balasku.

Malam itu temperamenku tiba-tiba saja meledak. Mungkin karena mulai pagi ada saja masalah yang menggangu ketenangan hari liburku.

"Apapun itu, kamu nggak ada urusan lagi sama dia"

"Aku tau porsinya kok, mana yang harus aku omongin mana yang tidak"

Tapi emosiku sudah keburu meledak, karena aku menghubungi kamu berharap kamu bisa mejadi penguat dan meredakan emosiku. Bukan malah mempersalahkan aku. Kemudian membaca sms kamu yang membuat aku semakin merasa ruwet.

Aku janji, tidak akan menceritakan masalah apapun yang bersangkutan dengan masa laluku ke kamu. Padahal tadinya aku pikir.... ah sudahlah.. apa yang aku pikirkan belum tentu selalu sama dengan apa yang kamu pikirkan. Begitu kan katamu?

Esok harinya dan beberapa hari kemudian aku tidak menghubungi kamu. Karena aku ingin mendinginkan hatiku dan kamupun tidak berusaha menghubungi aku.

Sampai akhirnya aku tidak tahan lagi. Ketika emosi mereda rasa lain datang menderaku. Aku kangen kamu.. Aku mencoba menghubungi kamu. Tapi ternyata kamu sudah terlalu marah karena aku menghilang beberapa hari.
Tidak ada maaf buatku. Tidak ada lagi kesempatan. Semuanya berakhir begitu saja.

Aku bersyukur.. sampai kita berpisah, aku tetap menjaga janjiku kekamu. Tidak membuka hatiku untuk orang lain.

Dan yang harus kamu pahami, aku tidak akan pernah kembali buat 'dia'. Buat seseorang yang pernah menghancurkan hidupku.

Read more...

Rabu, 13 Mei 2009

Ini Cerita tentang Si "Gembil"


Saya mau sedikit cerita tentang temen saya namanya Enno 'Gembil' Sureno (dulu saya memanggilnya Ndut, tapi ternyata "Gembil" lebih cocok buat dia). Sebenarnya dia perempuan yang cengeng.
Nggak segalak kalau dia ngomong, nggak sejudes tatapannya. Pernah suatu pagi dia sampai di kantor dengan muka yang sembab, dia nangis semalaman. Alasannya cuma karena seorang laki-laki yang hidup di negari antah berantah (menurut saya.. karena penampakannya nggak pernah jelas).

Kasus 1: "Mbak.... si "K".. bla.. bla.. bla..." berceritalah dia dengan mata berkaca-kaca. Antara kasihan, bingung dan lucu saya pandangi wajahnya.

Kasus 2: Tiba-tiba ditengah kegiatannya mengedit berita, saya melihat matanya yang sembab. "Mbak, katanya Denny si "K".. bla.. bla.. bla.. Duh kasus.. selalu laki-laki dari negeri antah berantah ini yang bisa membuat perempuan berpipi gembil ini menangis.

Kasus 3: Ini yang paling seru... Si Gembil kehilangan handphone ditempat biasa kami makan siang. Cafe rumahan dekat kantor.

"Mbaaaakkk... huhuhu... hp gue hilang... "

"Kok bisa?"

"Iya tadi gue mau bayar terus hp nya gue letakin disini, eh disana, eh disitu, dengan wajah panik dan nyawa yang separuh belum nyambung dengan badannya karena shock.

Alhasillah sore itu saya menemaninya menyelidik keberadaan handphone tersebut. Dia pun menyusuri setiap tempat. Karena luas dan berantakannya tempat pencarian, maka dia pun menghentikannya. Handphone tetap tidak ketemu, entah sudah pergi jauh dari cafe itu, atau masih anteng ngumpet di salah satu sudut cafe.

Dengan peluh yang menetes di dahinya dan wajah yang sangat sedih dan kecewa akhirnya dia pun pergi meninggalkan cafe tersebut tanpa hasil. Saya pun cuma bisa menghiburnya... Abis mau gimana lagi...

"Gue janji mbak, nggak akan pernah datang lagi ke cafe ini", katanya.

Read more...

Jumat, 01 Mei 2009

Si Njlimet Sayang..


"Saya besok pulang Nda", katanya.
"Aku mau kita ngobrol", balasku.

Kekesalan dan jengkel hati ingin kutumpahkan padanya.
Aku ingin minta penjelasannya, ada apa dibalik kemarahannya waktu itu.

Sesaat setelah dia menjejakkan kakinya di ibukota ini, dan taksi yang membawa kita pulang kerumah belum lagi sampai diujung jalan, dia sudah membuka pembicaraan.

"Kamu tau, aku nggak pernah bisa marah lama sama kamu. Nggak ada apa-apa kok Nda, cuma kesel aja, kamu nggak kasih kabar. Kamu tau kan aku khawatir"

"Tapi ngambek kamu jelek. Ngomongnya jelek. Aku nggak mau yang kaya gini lagi"

"Makanya kalau udah tau lakinya kaya gini, jangan dipancing dong buat marah"

Dipancing??? emang dia pikir dia ikan.

"Pokoknya aku nggak mau urusannya jadi panjang kaya kemarin".

"Saya njelimet ya, kaya gangsing. Selalu berputar, walaupun tidak diputar tetapi selalu ingin berputar," katanya tenang.

"Iya, tapi yang ngadepinnya bingung"

"Gampeng kok, dengerin aja"

"Kalau aku diem aja kamu bilang seperti ngomong sama tembok. Kalau dijawab dan jawabannya salah kamu malah makin meradang"

"Makin njelimet kan? Itulah kenapa perempuan sebelumnya tereliminasi dari kehidupan saya. Mereka nggak sekuat kamu"

"Sekarang aku kuat. Tapi kalau kamu tetap begini, apa nggak mungkin kamu yang akan tereliminasi dari hidup aku"

Sejenak dia terdiam

"Ya nggak seperti itu. Saya cuma tidak mau ditantang"
"Dasar laki-laki"

Kemudian diapun tersenyum. Kamu selalu ngerti saya, tau saat-saat dimana hati saya sedang muram, kesal atau senang. Bahkan dari bahasa tubuh, perubahan raut wajah saya pun kamu tau apa yang saya inginkan atau pikirkan.

"Saya sayang kamu, kamu begitu ngerti saya. Yang sabar ya ngadepin saya. Kalau saya marah jangan dimasukin ke hati, itu cuma ungkapan sayang dan rasa takut kehilangan kamu".

Heeemmm... rupanya begitu ya cara kamu mengungkapkan sayang dan ketakutanmu. Dasar lelaki..

Malam itu pun berakhir dengan damai. Saat aku menyandarkan kepalaku didadanya yang bidang, memandang langit yang berbintang. Kupandang dalam kedua matanya. Ada cinta dan sayang disana.

"Aku sayang kamu, walaupun kamu njlimet..."

Dia pun tersenyum, sambil mengucek-ngucek kepalaku....
"Kamu selalu punya cara bikin saya ketawa yaa...."

Read more...

Rabu, 29 April 2009


Ribut lagi.. sebenarnya masalah ini bukanlah hal besar menurut aku. Hanya karena aku belum memberitahu bahwa aku sudah sampai di rumah setelah acara karoke dengan teman media dan klient. Mendengar kalimat-kalimat dia yang sedikit keras (menurut aku), membuat emosiku pun meledak.

Bukannya aku tidak perduli dengan perasaan khawatir kamu. Tapi aku juga mau kamu tau, bahwa aku sedang tidak mau ngobrol panjang lebar. Letih dan sakit kepala membuat perasaan malas lebih mendominasi dari pada kerinduan padamu. Tapi seperti biasa, mana bisa kamu menerima alasan-alasanku. Kamu malah menuduhku.. tapi kamu bilang itu bukan tuduhan. Apapun lah namanya, buat aku suasana ini sudah makin membuat aku seperti ingin meledak.

Kamu selalu punya pemikiran sendiri, yang aku sendiri nggak pernah ngerti mau kamu seperti apa. Kamu njelimet. Selalu membuat masalah yang simple menjadi ruwet. Ketika jawabanku hanya diam kamu pun makin meradang.

Saat kamu bilang, seperti apa perasaanku. Aku sampaikan.. tapi kamu nggak bisa terima. Malah berbalik menjauh dariku. Salah nggak sih kalau aku bilang, aku selalu merasa punya ketakutan yang besar kalau bikin salah kekamu. Walau menurut aku itu bukan kesalahan. Hanya tidak sms atau telephone mengabarkan bahwa aku sudah sampai dirumah??? Kesalahan besar kah itu???

Aku bukan malaikat yang tidak pernah salah. Aku manusia biasa yang saat ini sedang dalam gundah dengan begitu banyak masalah yang harus aku hadapi. Aku mau kamu jadi penguatku, bukan malah menghilangkan semangatku.

Tapi cara pandang kita memang selalu berbeda, selama ini aku berusaha untuk mengerti dan nggak pernah mau ribut. Ternyata saat ini aku mulai lelah, lelah dengan pertanyaan kamu.. lelah dengan pemikiran-pemikiran kamu yang terlalu maju, lelah dengan kalimat-kalimat sinis kamu.

Kalau boleh aku bilang, seribu perempuan pun yang mendampingi kamu, tidak akan pernah ada yang kuat menghadapi sikap kamu yang seperti ini.

Kalau saja masing-masing kita mau berbenah diri, sedikit mengerti kekurangan kita dan saling mengisi kekurangan itu, rasanya nggak akan pernah ada ribut-ribut yang tidak bermutu seperti ini. Atau mungkin jarak dan rindu yang membuat kita menjadi lebih temperamen dan sensitive. Entahlah..

Read more...

Rabu, 08 April 2009

Maaf


Kenapa harus pake nginep...???
Ya karena aku melarikan diri darimu
Tapi itu bukan jalan keluar
Aku tau, tapi kamu marah-marah terus..
Itu bukan alasan...

Setelah itu, puluhan pesan singkat dan telphone terus berdering. Dengan pertanyaan yang sama kenapa kamu begitu??? Kamu pergi kemana? sama siapa? ngapain? (kenapa jadi kaya lagunya Kangen Band ya....)

Aku kan sudah bilang, aku cuma sejenak membuang waktu dengan menemani temanku jalan-jalan. Itu aja kok.. Tapi kamu tidak percaya.
Cemburu yaaa... duh duh senangnya ternyata kamu bisa cemburu juga. Tapi kalau sampai seperti ini, bukan senang jadinya. Malah rasa takut yang datang. Karena aku nggak sanggup menjawab pertanyaan kamu yang njelimet, yang berputar disitu-situ aja.

Aku cape menjawabnya. Karena semua pertanyaan kamu sudah aku jawab, sudah aku jelaskan. Aku tidak mendua, tidak membagi hatiku buat orang lain. Aku tetap menjaga diriku, hatiku semua buat kamu. Aku sudah menjelaskan kemana aku pergi. Tapi kamu tetap mendesak aku harus menjawab semua pertanyaan yang itu-itu saja.

Diamku membuat kamu marah. Aku makin bingung, makin tidak mengerti. Apa lagi yang harus aku katakan. Jawaban seperti apa lagi sih yang kamu inginkan. Menurut aku masalah ini sudah selesai, tapi tidak menurutmu.

Ketika kutanya, jawaban yang seperti apa yang kamu mau. Kamu malah tertawa dengan sinis, tawa khas mu yang membuat aku benci tujuh turunan. Sampai kapan aku kuat menghadapi sifat kamu yang sangat njelimet ini????

Read more...

Senin, 16 Maret 2009

Aku Benci Rumah Sakit


Sudah beberapa minggu ini, si inang selalu mengeluh nggak bisa tidur. Badannya semakin melemah. Nafsu makannya pun hilang. Aku bingung. Karena di rumah ini hanya tinggal kami bertiga. Kalau siang kutinggal ke kantor, bagaimana nasibnya di rumah. Selalu itu yang menjadi pikiranku.

Akhirnya setelah berembug dengan kakak dan abang diputuskan lah si inang harus dirawat di Rumah Sakit. Yang nungguin??? siapa lagi kalau bukan aku. Memang selalu aku yang menjadi andalan untuk urusan merawat orang sakit dan rumah sakit. Si inang pun nggak pernah mau dipegang orang lain.

"Sudahlah, ini saat kamu berbakti sama orangtua," begitu kata kakakku.
"Bukannya selama ini memang aku yang mengurus beliau," jawabku.
"Ya karena memang cuma kamu yang sabar menghadapi si Inang".

Selalu itu yang menjadi kalimat andalan mereka, sabar.. sabar... sabar...
Memang tidak ada kata hitung-hitungan untuk orang tua, tapi mauku mereka semua juga merasakan gimana rasanya tidur di rumah sakit. Terbangun tengah malam untuk mengantar ke toilet, atau hanya sekadar minta minum. Belum lagi menghadapi kerewelan beliau.

Orang bilang, manusia yang sudah sepuh akan kembali seperti anak-anak. Memang betul... Tapi menghadapi kelakuan anak-anak ternyata jauh lebih menyenangkan dari pada harus menghadapi orang tua yang tidak bisa kita bantah kemauannya. Apalagi dalam kondisi sakit seperti ini.

Hatiku penuh... ingin teriak menumpahkan semua kesal, galau, gundah dan entah apalagi yang ada didalam hati ini. Tapi aku nggak bisa. Tetes-tetes airmata saja yang bisa menghilangkan sesak ini. Tuhan, beri aku kekuatan untuk menghadapi semua ini. Mudah-mudahan ini bisa menjadi ladang pahalaku.




Read more...

Teman Kerja dan gila-gilaan...

Mereka ini teman-teman yang asik. Kalau punya klient ok, pasti bagi-bagi. Kalau punya acara ok, juga pasti ngajak-ngajak.


Hi temans... terima kasih kalian ada didalam hidupku. Selalu memberi semangat buatku.

Read more...

Absolut Vodka



Sebelum Budha Bar bubar, masih sempet nih foto-foto di acaranya Absolut Vodka. Serrruuuuu..... Mudah-mudahan ini bukan event terakhir yang digelar di Budha Bar. Tempatnya keren abis, sayang kalau ditutup.

Sayang malam itu nggak sempet foto dibawah patung Budha yang maha besar diruang tengahnya Budha Bar.

Read more...

Rabu, 11 Maret 2009

Satu sama


Jangan sepelekan soal sandal jepit. Gara-gara si sandal jepit ini, akhirnya si dia pun harus membeli sepatu yang harganya berpuluh kali lipat dari harga si sendal.

Awal cerita begini..

Malam itu di Bandung yang berhawa agak sedikit dingin
Kami dengan langkah santai berjalan menuju kantor pos untuk mencari tau jadwal buka kantor pos esok hari.

Setelah urusan dengan kantor pos selesai, kami pun lanjut menuju Bandung Indah Plaza. Ga ada rencana apa-apa, cuma mengisi malam-malam kami sambil menunggu esok tiba.
Diperjalanan tiba-tiba dia berhenti sambil memetik rimbunan pohon yang ada dimuka rumah orang.
"Nda, coba rasain, pucuknya manis lo," katanya sambil menyodorkan pucuk batang pohon tersebut ke mulutku.

Dengan sedikit rasa heran dan tidak percaya, akupun mengatupkan mulut untuk merasakannya. Ketika pucuk itu masuk ke mulutku dia pun dengan bersemangat menariknya kembali, sehingga batang pohon itu tertinggal sebagian dimulutku.

Dia tertawa dengan penuh kemenangan dan akupun tersadar kalau dia sudah memulai keisengannya.
Awas ya.. tunggu pembalasanku.

Kami pun melanjutkan langkah menuju mall langganan kami, karena itulah yang paling dekat dengan tempat tinggalnya.

"Liat sepatu dulu ya Nda," katanya.
Akupun menurut saja. Dengan sabar aku menunggu, karena aku tau nggak mudah mencari sepatu untuk ukuran kakinya yang diluar normal.
Sesaat kemudian, dengan tergopoh-gopoh dia menghampiriku,
"Bunda, coba liat kaki ayah".

Tanpa bisa kutahan tawaku pun meledak. Ternyata kaki kanan dan kirinya memakai sendal yang berbeda. Dia pun melotot.
"Bunda ih, bukannya tadi mau berangkat ngeliatin dulu sekarang malah ngetawain," katanya.
Eh enak aja dia nyalahin aku. Itulah balasan atas keusilanmu tadi. Satu samaa....

Read more...

Selasa, 03 Maret 2009

Gulana

Sedih bersetubuh dengan hatiku
Gundah erat memeluk jiwa
Walau telah kuhalau, tapi tetap tak mau pergi
Duhai gelisah.... jangan kau rangkul aku
Menjauhlah dari hatiku
Pergilah.. terbanglah bersama angin
Biarkan hati ini bernyanyi, walau terdengar sumbang
Aku tak mau dia tau kesedihanku

Read more...

Senin, 02 Maret 2009

Bandung Tak Lagi Asik

Cuy…Sabtu ikutan ke Bandung yuk, ada farewel partynya GM di sana, kata Edoy salah seorang teman media saat kami sedang berkumpul di sebuah hotel pinggir pantai Jakarta.

Sabtu??? Itu hari keluarga. Gue harus nemenin anak gue ikut festival.

“Ada aja alasannya, mentang-mentang ngga ada lagi yang dikunjungi disana,” jawabnya kesal.

Setelah 'Dia' berencana pindah ke Pulau Dewata, mendengar kata Bandung tidak lagi membuat hati ini bersorak. Hanya membuat sedih, karena dalam waktu singkat begitu banyak kenangan yang tertinggal disana.

“Kita disiapin kamar cuy.. seperti biasa. Yuukkk kita weekend sama teman-teman”, katanya lagi.

"Nggak ah", kataku lagi.

Setelah aku menolak ajakan Edoy, tiba-tiba 'Dia' berencana untuk membereskan barang-barangnya yang masih tersisa di Bandung untuk segera dikirim ke Bali. Dan aku bermaksud membantunya mengepak dan mengantar barang-barang itu ke ekspedisi.

Sabtu sore pun kami menuju Bandung, menghabiskan malam yang tersisa, menelusuri jalan yang biasa kami lalui, tertawa, mengomentari orang lewat.

Kami juga sempatkan mampir di warung bubur langganan kami, juga menyambangi teman sambil berpamitan. Malam itu kami tutup dengan nonton Eagle Eye walau sebagian cerita filmnya kami nggak tau karena tertidur didalam bioskop.

Bandung, kutitipkan kenanganku padamu.




Read more...

Kamis, 19 Februari 2009

Salahkah Aku


Aku pinjam tasmu
Karena itu mungkin aku merasa memilikinya
Bodoh... pinjam ya tetap pinjam
Aku nggak berhak membukanya ketika itu telah berada ditanganmu

Tapi aku kan ingin mengambil barangku yang tertinggal ditas itu

"Tetap salah.... Kamu tidak berhak membukanya tanpa izinku"

Terus bagaimana dengan kebohonganmu

"Aku hanya mengujimu.."

Jadi tetap aku yang salah
Kulihat mukamu tersenyum sinis

Kau timpakan kebohonganmu diatas salahku
Kau menari diatas sesalku
Kau patahkan kejujuranku

Read more...

Selasa, 17 Februari 2009

I n a n g


Inang..
Aku ingat ceritamu saat hendak melahirkanku
Masih kau sempatkan mampir ke warung padang
Hanya untuk makan sebungkus sate
Ini bawaan bayi katamu…
Masih dalam perut saja aku sudah menyusahkanmu

Inang…
Waktu kecil aku suka menampar mukamu tengah malam
Saat kau sedang dalam buaian mimpi
Membangunkanmu hanya untuk menemaniku kekamar kecil

Inang..
Saat aku mulai sekolah, bekerja dan menemukan duniaku
Aku sering meninggalkanmu dirumah
Dengan semua kekhawatiranmu
Sedang aku, asik dengan kesibukanku

Inang..
Ketika aku memilih pendamping hidupku
Kau tidak suka, tapi kau menyerahkan semuanya kepadaku
Kamu yang akan menjalani rumah tangga
Pasti kamu lebih tau sifat pasanganmu, begitu katamu waktu itu
Engkau berdoa untuk kebahagiaanku

Inang…
Ketika aku melahirkan, baru aku tau perjuangan seorang Ibu
Engkau memberi semangat
Kemudian aku sibuk di kantor
dan engkau sibuk mengurus anakku di rumah

Inang…
Saat aku memutuskan untuk hidup sendiri
Dan menyerahkan anakku untuk diurus olehmu
Oleh tangan tuamu yang makin renta
Aku tau hatimu hancur
tapi akan jauh lebih hancur kalau aku bertahan dengan keadaan ini

Inang….
Maafkan ananda belum bisa membahagiakanmu

Read more...

Senin, 16 Februari 2009

My Baby


Pagi itu kembali aku mengantar si junior ganteng ku nyanyi bersama bandnya, disebuah mall. Kali ini sebuah festival.

Begitu kami tiba, kulihat dia sedikit ciut karena melihat seluruh pesertanya didominasi oleh remaja dan dewasa. Hanya band mereka yang terdiri dari anak-anak. Maklumlah baru kelas 6 SD.

Setelah lama menunggu, tibalah giliran untuk tampil. Mulai dari pembawa acara, juri sampai penonton heran melihat anak-anak kecil naik ke panggung dengan gaya anak-anak mereka.

"Assalamu'alaikum... Kami dari Grafik Band akan membawakan lagu Kehidupan dari God Bless", begitu anakku membuka penampilan pertamanya. Dan musik pun menggema, penonton bertepuk tangan. Ternyata penampilan mereka tidak kalah dengan pemain band yang lain. Itu dibuktikan dengan begitu banyaknya penonton yang merangsek kedepan untuk menyaksikan gaya panggung para "unyil-unyil" kami dan applaud yang luar biasa.

Begitu mereka turun dari panggung, ratusan mata memandang kagum kearah mereka. Termasuk aku.

Oh, ternyata anakku sudah besar, batinku. Dia bukan lagi bayiku yang selama ini kugendong, kepeluk, kumanja. Dia sudah mempunyai dunia lain bersama grup bandnya.







Read more...

Rabu, 11 Februari 2009

He Knows Me Well


Siang itu ketika sedang merapikan lemari pakaiannya, tangan usil ini iseng membuka sebuah dompet lucu berwarna hijau. Tiba-tiba aku tersentak. Kutemukan foto-foto dan surat dari masa lalunya yang masih tersimpan dengan rapi.

Huuhh, kenapa sih kamu masih menyimpan kenangan masa lalumu. Lalu apa artinya aku buat dirimu. Aku ga suka…

Tak lama kemudian masuk sebuah SMS dengan kalimat singkat “Foto dan surat tidak berarti apa-apa Nda”, tulisnya. Dia sangat tahu keresahanku. He knows me well.

Dalam keadaan marah, kesal, sedih dan kecewa kulangkahkan kaki menuju sebuah mall di tengah kota Bandung. Niatnya sih untuk menghilangkan suntuk dihati. Tapi ketika lewat toko perhiasan, kulihat sebentuk cincin yang terpajang disana. Yang pertama terbersit dipikiranku alangkah manisnya kalau cincin ini berada dijari manismu. Lagi lagi kamu yang ada dipikiranku.

Sore itu kami sedikit berdebat, kekesalan kutumpahkan kepadanya. Tapi seperti biasa, semuanya selalu berakhir dengan senyum dan tawa yang membuat perut sakit..
Apalagi kalau bukan karena dia menggangguku dengan gurauannya.

Kemudian.. dengan perasaan menyesal karena timbul “sedikit” rasa tidak percaya padanya, kuselipkan cincin yang kubeli siang itu dijari manisnya.

Sayang, kubeli cincin ini dengan cinta, dan kuselipkan dengan rasa kasih. Cincin itu hanya sebagai tanda, bahwa aku ada.. walau tanpa itupun aku berharap akan selalu ada di hati, pikiran, perasaan, langkah dan doa-doamu..

You wear my ring to show the world that you belong to me
With love and care I place it on your finger
To show my love for the world to see

Read more...

To My Son

From the time you were a tiny babe,
Then as a little boy;
I watched you grow into a man,
You have brought me so much joy.

In everything we have gone through,
I know that I am blessed;
No matter what the circumstance,
God sent His very best.

When I was praying for a son,
God placed down deep in you;
Everything I longed for,
And made all my dreams come true.

If God had given me the chance,
To search the world for a son;
My search would end when I found you,
For you are the perfect one.

-Allison Chambers Coxsey-

Read more...

Selasa, 10 Februari 2009

Bali Oh Bali

Bali…begitu dia sampaikan kepadaku. Uuuhh ternyata setelah Bandung masih ada Bali. Aku pikir Bandung adalah pelabuhan terakhirmu. Tapi seperti angan-anganmu selama ini, Bali adalah impianmu untuk membangun masa depan, lalu aku harus bilang apa.
Melarangmu?? walau ingin tapi sungguh egois rasanya. Aku cuma berharap, apa yang kamu inginkan bisa kamu dapatkan disana. Inikan juga buat kita, kamu, aku dan anak-anak kita……

Tapi untuk kepergianmu kali ini, aku harus ekstra mempersiapkan diri. Mempersiapkan mentalku berada semakin jauh darimu. Mengukir rindu, merajut mimpi sendiri..

Kemarin waktu kamu pergi dan harus tinggal di Bandung, ingin rasanya setiap akhir pekan menghabiskan waktu disana, berdekatan denganmu. “Bandung deket kok Nda, Cuma 2 jam, kamu bisa kapan aja dateng kesana”, begitu katamu waktu itu. Iya sih betul, Bandung dekat tapi kenyataannya, tetap ga bisa tiap minggu aku datang menyambanginya. Rindu yang ada tetap berada disini, dihatiku..

Bali??? “Tenang bunda, tiap bulan ayah pasti dateng”, katanya menenangkanku. Memang dia paling bisa membuat tenang perasaan ini, selalu mempunyai cara terbaik untuk menghalau resahku.

Hari itu semakin dekat, dan rasa itu pun semakin kuat, rasa takut kehilangan mu. Karena begitu banyak kenanganmu berada disana.. Aku cemburu………

Read more...

Entri Populer

Komunitas

Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources