No Tears, No Broken Heart
Kalau harus merasakan sakit hati yang seperti ini, lebih baik dulu tidak saya terima tawaranmu untuk kembali.
Sedih, kecewa dan merasa dicurangi itulah yang saat ini saya rasakan.
Teganya kamu tiba-tiba menyelesaikan hubungan ini secara sepihak.
Bukan keputusanmu yang ingin lebih dekat dengan Tuhanmu yang saya sesali, tetapi caramu itu yang tidak bisa saya terima.
"Jangan tinggalin saya ya, jangan pernah berpaling dengan laki-laki" itu katamu belum genap sebulan yang lalu dan saya mengiyakan tanpa berpikir kenapa tidak saya lontarkan kembali dengan pernyataan yang sama kepadamu.
Semua janji itu saya tepati, sampai minggu pagi itu tepat seminggu sebelum ulang tahun saya kamu bilang "tadi pagi saya baru ditahbis, saya sudah lahir kembali, saya sekarang sudah menjadi manusia baru. Untuk itu hubungan kita saat ini hanya sebagai keluarga, kamu ada buat saya hanya sebatas saudara, secara duniawi kita sudah bukan siapa-siapa".
Bagai petir disiang bolong saya mendengar kata-kata kamu.
Entengnya kamu bisa bilang begitu, setelah tiga tahun yang kita jalani dengan suka dan duka.
Kamu lupa saat-saat kamu jatuh, kamu lupa janji-janji kamu.
Kamu lupa semua...
Saya menyesalkan, kenapa kamu tidak pernah mempersiapakan hati saya buat kehilangan kamu. Banyak waktu yang seharusnya bisa kamu lakukan untuk itu. Saya kan tidak pernah tau konsekuensi apa yang harus diterima kalau kamu menjadi pelayan Tuhanmu. Kenapa kamu tidak pernah sampaikan itu jauh-jauh hari sebelumnya.
Ingat seminggu sebelum hari pentahbisan kamu, saat itu kita membahas masalah ini, kamu bilang belum saatnya buat saya. Biarlah saya pelajari dulu sebelum nyemplung seutuhnya di gereja.
Saat ini, nun jauh disana, kamu bisa tersenyum karena tercapai sudah keinginan kamu untuk dapat melayani Tuhanmu.
Tetapi kamu tidak pernah pikirkan gimana hancurnya perasaan seorang perempuan yang selama ini mendukung kamu sampai kamu menjadi seorang yang sukses.
Seorang perempuan yang membangkitkan semangat kamu saat kamu jatuh, mensuport kamu sampai tidak memikirkan dirinya sendiri.
Kamu tau rasanya kehilangan separuh hati kita. Saya yakin kamu pasti sangat paham dengan sakitnya. Tapi kenapa itu kamu lakukan juga....
Tuhan, kalau memang kehilangan ini baik buatku, buat hidupku, buat dunia dan akhiratku, aku ikhlas....
Hilangkan rasa sakit ini, rasa dendam ini. Bantu aku untuk bangkit kembali.
From now, no tears, no broken heart