Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 27 Mei 2009

Begini Sajakah Akhirnya...


Malam sudah larut ketika seorang perempuan 'iblis' tiba-tiba mengacak-ngacak duniaku. Mengganggu tidur lelapku, bahkan mengganggu hubunganku dengan kamu. Kamu kesal dengan jawaban-jawabanku ke 'iblis' itu. Aku tau, kamu tidak mau aku sedih dan terluka lagi.

"Kamu nggak perlu basa-basi langsung tutup aja telphonenya", katamu dengan intonasi yang sedikit tinggi

"Kamu nggak ngerti, ada kasus yang harus aku luruskan", balasku.

Malam itu temperamenku tiba-tiba saja meledak. Mungkin karena mulai pagi ada saja masalah yang menggangu ketenangan hari liburku.

"Apapun itu, kamu nggak ada urusan lagi sama dia"

"Aku tau porsinya kok, mana yang harus aku omongin mana yang tidak"

Tapi emosiku sudah keburu meledak, karena aku menghubungi kamu berharap kamu bisa mejadi penguat dan meredakan emosiku. Bukan malah mempersalahkan aku. Kemudian membaca sms kamu yang membuat aku semakin merasa ruwet.

Aku janji, tidak akan menceritakan masalah apapun yang bersangkutan dengan masa laluku ke kamu. Padahal tadinya aku pikir.... ah sudahlah.. apa yang aku pikirkan belum tentu selalu sama dengan apa yang kamu pikirkan. Begitu kan katamu?

Esok harinya dan beberapa hari kemudian aku tidak menghubungi kamu. Karena aku ingin mendinginkan hatiku dan kamupun tidak berusaha menghubungi aku.

Sampai akhirnya aku tidak tahan lagi. Ketika emosi mereda rasa lain datang menderaku. Aku kangen kamu.. Aku mencoba menghubungi kamu. Tapi ternyata kamu sudah terlalu marah karena aku menghilang beberapa hari.
Tidak ada maaf buatku. Tidak ada lagi kesempatan. Semuanya berakhir begitu saja.

Aku bersyukur.. sampai kita berpisah, aku tetap menjaga janjiku kekamu. Tidak membuka hatiku untuk orang lain.

Dan yang harus kamu pahami, aku tidak akan pernah kembali buat 'dia'. Buat seseorang yang pernah menghancurkan hidupku.

Read more...

Rabu, 13 Mei 2009

Ini Cerita tentang Si "Gembil"


Saya mau sedikit cerita tentang temen saya namanya Enno 'Gembil' Sureno (dulu saya memanggilnya Ndut, tapi ternyata "Gembil" lebih cocok buat dia). Sebenarnya dia perempuan yang cengeng.
Nggak segalak kalau dia ngomong, nggak sejudes tatapannya. Pernah suatu pagi dia sampai di kantor dengan muka yang sembab, dia nangis semalaman. Alasannya cuma karena seorang laki-laki yang hidup di negari antah berantah (menurut saya.. karena penampakannya nggak pernah jelas).

Kasus 1: "Mbak.... si "K".. bla.. bla.. bla..." berceritalah dia dengan mata berkaca-kaca. Antara kasihan, bingung dan lucu saya pandangi wajahnya.

Kasus 2: Tiba-tiba ditengah kegiatannya mengedit berita, saya melihat matanya yang sembab. "Mbak, katanya Denny si "K".. bla.. bla.. bla.. Duh kasus.. selalu laki-laki dari negeri antah berantah ini yang bisa membuat perempuan berpipi gembil ini menangis.

Kasus 3: Ini yang paling seru... Si Gembil kehilangan handphone ditempat biasa kami makan siang. Cafe rumahan dekat kantor.

"Mbaaaakkk... huhuhu... hp gue hilang... "

"Kok bisa?"

"Iya tadi gue mau bayar terus hp nya gue letakin disini, eh disana, eh disitu, dengan wajah panik dan nyawa yang separuh belum nyambung dengan badannya karena shock.

Alhasillah sore itu saya menemaninya menyelidik keberadaan handphone tersebut. Dia pun menyusuri setiap tempat. Karena luas dan berantakannya tempat pencarian, maka dia pun menghentikannya. Handphone tetap tidak ketemu, entah sudah pergi jauh dari cafe itu, atau masih anteng ngumpet di salah satu sudut cafe.

Dengan peluh yang menetes di dahinya dan wajah yang sangat sedih dan kecewa akhirnya dia pun pergi meninggalkan cafe tersebut tanpa hasil. Saya pun cuma bisa menghiburnya... Abis mau gimana lagi...

"Gue janji mbak, nggak akan pernah datang lagi ke cafe ini", katanya.

Read more...

Jumat, 01 Mei 2009

Si Njlimet Sayang..


"Saya besok pulang Nda", katanya.
"Aku mau kita ngobrol", balasku.

Kekesalan dan jengkel hati ingin kutumpahkan padanya.
Aku ingin minta penjelasannya, ada apa dibalik kemarahannya waktu itu.

Sesaat setelah dia menjejakkan kakinya di ibukota ini, dan taksi yang membawa kita pulang kerumah belum lagi sampai diujung jalan, dia sudah membuka pembicaraan.

"Kamu tau, aku nggak pernah bisa marah lama sama kamu. Nggak ada apa-apa kok Nda, cuma kesel aja, kamu nggak kasih kabar. Kamu tau kan aku khawatir"

"Tapi ngambek kamu jelek. Ngomongnya jelek. Aku nggak mau yang kaya gini lagi"

"Makanya kalau udah tau lakinya kaya gini, jangan dipancing dong buat marah"

Dipancing??? emang dia pikir dia ikan.

"Pokoknya aku nggak mau urusannya jadi panjang kaya kemarin".

"Saya njelimet ya, kaya gangsing. Selalu berputar, walaupun tidak diputar tetapi selalu ingin berputar," katanya tenang.

"Iya, tapi yang ngadepinnya bingung"

"Gampeng kok, dengerin aja"

"Kalau aku diem aja kamu bilang seperti ngomong sama tembok. Kalau dijawab dan jawabannya salah kamu malah makin meradang"

"Makin njelimet kan? Itulah kenapa perempuan sebelumnya tereliminasi dari kehidupan saya. Mereka nggak sekuat kamu"

"Sekarang aku kuat. Tapi kalau kamu tetap begini, apa nggak mungkin kamu yang akan tereliminasi dari hidup aku"

Sejenak dia terdiam

"Ya nggak seperti itu. Saya cuma tidak mau ditantang"
"Dasar laki-laki"

Kemudian diapun tersenyum. Kamu selalu ngerti saya, tau saat-saat dimana hati saya sedang muram, kesal atau senang. Bahkan dari bahasa tubuh, perubahan raut wajah saya pun kamu tau apa yang saya inginkan atau pikirkan.

"Saya sayang kamu, kamu begitu ngerti saya. Yang sabar ya ngadepin saya. Kalau saya marah jangan dimasukin ke hati, itu cuma ungkapan sayang dan rasa takut kehilangan kamu".

Heeemmm... rupanya begitu ya cara kamu mengungkapkan sayang dan ketakutanmu. Dasar lelaki..

Malam itu pun berakhir dengan damai. Saat aku menyandarkan kepalaku didadanya yang bidang, memandang langit yang berbintang. Kupandang dalam kedua matanya. Ada cinta dan sayang disana.

"Aku sayang kamu, walaupun kamu njlimet..."

Dia pun tersenyum, sambil mengucek-ngucek kepalaku....
"Kamu selalu punya cara bikin saya ketawa yaa...."

Read more...

Rabu, 29 April 2009


Ribut lagi.. sebenarnya masalah ini bukanlah hal besar menurut aku. Hanya karena aku belum memberitahu bahwa aku sudah sampai di rumah setelah acara karoke dengan teman media dan klient. Mendengar kalimat-kalimat dia yang sedikit keras (menurut aku), membuat emosiku pun meledak.

Bukannya aku tidak perduli dengan perasaan khawatir kamu. Tapi aku juga mau kamu tau, bahwa aku sedang tidak mau ngobrol panjang lebar. Letih dan sakit kepala membuat perasaan malas lebih mendominasi dari pada kerinduan padamu. Tapi seperti biasa, mana bisa kamu menerima alasan-alasanku. Kamu malah menuduhku.. tapi kamu bilang itu bukan tuduhan. Apapun lah namanya, buat aku suasana ini sudah makin membuat aku seperti ingin meledak.

Kamu selalu punya pemikiran sendiri, yang aku sendiri nggak pernah ngerti mau kamu seperti apa. Kamu njelimet. Selalu membuat masalah yang simple menjadi ruwet. Ketika jawabanku hanya diam kamu pun makin meradang.

Saat kamu bilang, seperti apa perasaanku. Aku sampaikan.. tapi kamu nggak bisa terima. Malah berbalik menjauh dariku. Salah nggak sih kalau aku bilang, aku selalu merasa punya ketakutan yang besar kalau bikin salah kekamu. Walau menurut aku itu bukan kesalahan. Hanya tidak sms atau telephone mengabarkan bahwa aku sudah sampai dirumah??? Kesalahan besar kah itu???

Aku bukan malaikat yang tidak pernah salah. Aku manusia biasa yang saat ini sedang dalam gundah dengan begitu banyak masalah yang harus aku hadapi. Aku mau kamu jadi penguatku, bukan malah menghilangkan semangatku.

Tapi cara pandang kita memang selalu berbeda, selama ini aku berusaha untuk mengerti dan nggak pernah mau ribut. Ternyata saat ini aku mulai lelah, lelah dengan pertanyaan kamu.. lelah dengan pemikiran-pemikiran kamu yang terlalu maju, lelah dengan kalimat-kalimat sinis kamu.

Kalau boleh aku bilang, seribu perempuan pun yang mendampingi kamu, tidak akan pernah ada yang kuat menghadapi sikap kamu yang seperti ini.

Kalau saja masing-masing kita mau berbenah diri, sedikit mengerti kekurangan kita dan saling mengisi kekurangan itu, rasanya nggak akan pernah ada ribut-ribut yang tidak bermutu seperti ini. Atau mungkin jarak dan rindu yang membuat kita menjadi lebih temperamen dan sensitive. Entahlah..

Read more...

Rabu, 08 April 2009

Maaf


Kenapa harus pake nginep...???
Ya karena aku melarikan diri darimu
Tapi itu bukan jalan keluar
Aku tau, tapi kamu marah-marah terus..
Itu bukan alasan...

Setelah itu, puluhan pesan singkat dan telphone terus berdering. Dengan pertanyaan yang sama kenapa kamu begitu??? Kamu pergi kemana? sama siapa? ngapain? (kenapa jadi kaya lagunya Kangen Band ya....)

Aku kan sudah bilang, aku cuma sejenak membuang waktu dengan menemani temanku jalan-jalan. Itu aja kok.. Tapi kamu tidak percaya.
Cemburu yaaa... duh duh senangnya ternyata kamu bisa cemburu juga. Tapi kalau sampai seperti ini, bukan senang jadinya. Malah rasa takut yang datang. Karena aku nggak sanggup menjawab pertanyaan kamu yang njelimet, yang berputar disitu-situ aja.

Aku cape menjawabnya. Karena semua pertanyaan kamu sudah aku jawab, sudah aku jelaskan. Aku tidak mendua, tidak membagi hatiku buat orang lain. Aku tetap menjaga diriku, hatiku semua buat kamu. Aku sudah menjelaskan kemana aku pergi. Tapi kamu tetap mendesak aku harus menjawab semua pertanyaan yang itu-itu saja.

Diamku membuat kamu marah. Aku makin bingung, makin tidak mengerti. Apa lagi yang harus aku katakan. Jawaban seperti apa lagi sih yang kamu inginkan. Menurut aku masalah ini sudah selesai, tapi tidak menurutmu.

Ketika kutanya, jawaban yang seperti apa yang kamu mau. Kamu malah tertawa dengan sinis, tawa khas mu yang membuat aku benci tujuh turunan. Sampai kapan aku kuat menghadapi sifat kamu yang sangat njelimet ini????

Read more...

Senin, 16 Maret 2009

Aku Benci Rumah Sakit


Sudah beberapa minggu ini, si inang selalu mengeluh nggak bisa tidur. Badannya semakin melemah. Nafsu makannya pun hilang. Aku bingung. Karena di rumah ini hanya tinggal kami bertiga. Kalau siang kutinggal ke kantor, bagaimana nasibnya di rumah. Selalu itu yang menjadi pikiranku.

Akhirnya setelah berembug dengan kakak dan abang diputuskan lah si inang harus dirawat di Rumah Sakit. Yang nungguin??? siapa lagi kalau bukan aku. Memang selalu aku yang menjadi andalan untuk urusan merawat orang sakit dan rumah sakit. Si inang pun nggak pernah mau dipegang orang lain.

"Sudahlah, ini saat kamu berbakti sama orangtua," begitu kata kakakku.
"Bukannya selama ini memang aku yang mengurus beliau," jawabku.
"Ya karena memang cuma kamu yang sabar menghadapi si Inang".

Selalu itu yang menjadi kalimat andalan mereka, sabar.. sabar... sabar...
Memang tidak ada kata hitung-hitungan untuk orang tua, tapi mauku mereka semua juga merasakan gimana rasanya tidur di rumah sakit. Terbangun tengah malam untuk mengantar ke toilet, atau hanya sekadar minta minum. Belum lagi menghadapi kerewelan beliau.

Orang bilang, manusia yang sudah sepuh akan kembali seperti anak-anak. Memang betul... Tapi menghadapi kelakuan anak-anak ternyata jauh lebih menyenangkan dari pada harus menghadapi orang tua yang tidak bisa kita bantah kemauannya. Apalagi dalam kondisi sakit seperti ini.

Hatiku penuh... ingin teriak menumpahkan semua kesal, galau, gundah dan entah apalagi yang ada didalam hati ini. Tapi aku nggak bisa. Tetes-tetes airmata saja yang bisa menghilangkan sesak ini. Tuhan, beri aku kekuatan untuk menghadapi semua ini. Mudah-mudahan ini bisa menjadi ladang pahalaku.




Read more...

Teman Kerja dan gila-gilaan...

Mereka ini teman-teman yang asik. Kalau punya klient ok, pasti bagi-bagi. Kalau punya acara ok, juga pasti ngajak-ngajak.


Hi temans... terima kasih kalian ada didalam hidupku. Selalu memberi semangat buatku.

Read more...

Entri Populer

Komunitas

Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources