Diberdayakan oleh Blogger.
Tampilkan postingan dengan label love. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label love. Tampilkan semua postingan

Kamis, 07 April 2011

No Tears, No Broken Heart


Kalau harus merasakan sakit hati yang seperti ini, lebih baik dulu tidak saya terima tawaranmu untuk kembali.
Sedih, kecewa dan merasa dicurangi itulah yang saat ini saya rasakan.
Teganya kamu tiba-tiba menyelesaikan hubungan ini secara sepihak.

Bukan keputusanmu yang ingin lebih dekat dengan Tuhanmu yang saya sesali, tetapi caramu itu yang tidak bisa saya terima.

"Jangan tinggalin saya ya, jangan pernah berpaling dengan laki-laki" itu katamu belum genap sebulan yang lalu
dan saya mengiyakan tanpa berpikir kenapa tidak saya lontarkan kembali dengan pernyataan yang sama kepadamu.

Semua janji itu saya tepati, sampai minggu pagi itu tepat seminggu sebelum ulang tahun saya kamu bilang "tadi pagi saya baru ditahbis, saya sudah lahir kembali, saya sekarang sudah menjadi manusia baru. Untuk itu hubungan kita saat ini hanya sebagai keluarga, kamu ada buat saya hanya sebatas saudara, secara duniawi kita sudah bukan siapa-siapa".

Bagai petir disiang bolong saya mendengar kata-kata kamu.
Entengnya kamu bisa bilang begitu, setelah tiga tahun yang kita jalani dengan suka dan duka.

Kamu lupa saat-saat kamu jatuh, kamu lupa janji-janji kamu.
Kamu lupa semua...

Saya menyesalkan, kenapa kamu tidak pernah mempersiapakan hati saya buat kehilangan kamu. Banyak waktu yang seharusnya bisa kamu lakukan untuk itu. Saya kan tidak pernah tau konsekuensi apa yang harus diterima kalau kamu menjadi pelayan Tuhanmu. Kenapa kamu tidak pernah sampaikan itu jauh-jauh hari sebelumnya.

Ingat seminggu sebelum hari pentahbisan kamu, saat itu kita membahas masalah ini, kamu bilang belum saatnya buat saya. Biarlah saya pelajari dulu sebelum nyemplung seutuhnya di gereja.

Saat ini, nun jauh disana, kamu bisa tersenyum karena tercapai sudah keinginan kamu untuk dapat melayani Tuhanmu.

Tetapi kamu tidak pernah pikirkan gimana hancurnya perasaan seorang perempuan yang selama ini mendukung kamu sampai kamu menjadi seorang yang sukses.

Seorang perempuan yang membangkitkan semangat kamu saat kamu jatuh, mensuport kamu sampai tidak memikirkan dirinya sendiri.

Kamu tau rasanya kehilangan separuh hati kita. Saya yakin kamu pasti sangat paham dengan sakitnya. Tapi kenapa itu kamu lakukan juga....


Tuhan, kalau memang kehilangan ini baik buatku, buat hidupku, buat dunia dan akhiratku, aku ikhlas....
Hilangkan rasa sakit ini, rasa dendam ini. Bantu aku untuk bangkit kembali.
From now, no tears, no broken heart

Read more...

Sabtu, 28 Agustus 2010

Dasar Lelaki Pengecut..


Perjalanan ini sebenarnya diluar rencana. Tiba-tiba saja aku dapat tawaran untuk membantu menyelesaikan sebuah proyek teman di Surabaya yang mengalamai sedikit kendala. Sementara proyek ini berpacu dengan waktu, yang harus segera di launcing setelah lebaran ini. Aku pun pergi dengan sedikit tidak tenang, karena Ramadhan saatnya aku berkumpul dengan ibu dan anak semata wayangku. Menyiapkan sahur dan hidangan buka puasa mereka.

Tapi karena tawaran yang disodorkan begitu menggiurkan, kupikir biarlah mungkin ini rejeki anakku, sebentar lagi kan lebaran. Supaya aku dapat membelikan dia baju baru seperti anak lainnya.

Kamu tau tidak, sepanjang perjalanan yang kupikirkan cuma kamu. Sebelum pergi kukirimkan pesan singkat kutanyakan kembali apa maumu, tapi tidak ada jawaban sedikitpun dari kamu. Aku bingung, sangat tidak mengerti jalan pikiranmu. Kamu lelaki atau hanya seorang pengecut yang bersembunyi dibalik badan besarmu.

Disini, ditempatku sekarang berdiri. Ditempat yang jauh dari dirimu, aku pastikan akan menutup hatiku untuk kamu.
Jangan pernah merengek padaku lagi. Aku tidak suka caramu memperlakukan aku seperti itu.

Esok, saat aku kembali aku bukanlah perempuan yang kemarin kamu kenal.
Engkau sudah menjadi masa laluku, sudah kututup buku itu, dan kuletakkan ditempat paling bawah dilaci kamarku.

Pesanku, jadilah laki-laki bijaksana. Lihat masalah dengan kepala dingin. Jangan takut mengeluarkan pendapatmu, kalau memang itu jujur dari dalam hatimu aku akan menghargainya.

Read more...

Selasa, 24 Agustus 2010

Selamat Tinggal


Bukan perpisahan yang kutangisi, tapi pertemuan yang kusesali.
Kira-kira begitulah kalimat yang pernah kudengar

Rasanya benar juga, kenapa harus ada pertemuan, pertemuan yang tanpa aku sadari membuahkan rasa sayang. Padahal hanya pertemuan singkat yang dapat dihitung dengan jari.

Kamu ingat, ini semua karena kamu yang memulai. Kamu selalu ingatkan aku untuk datang disetiap acara, dengan sedikit ancaman, awas ya kalau nanti tidak datang. Selalu begitu, berulang dan berulang.

Sampai suatu ketika, tanpa kita sadari, terjadilah sebuah cerita. Yang menurutku seharusnya tidak patut terjadi.Karena itu tidak baik untukmu. Tapi siapa pula yang bisa melarang datangnya rasa sayang.

Tapi saat ini, aku akan mengembalikan kebebasanmu yang kemarin kupinjam.
Kamu sekarang bebas memilih, apa yang terbaik untukmu. Kamu dapat menentukan pilihanmu, untuk masa depanmu, kebahagiaanmu.

Selamat tinggal, carilah jalanmu. Aku rela melepasmu asal itu untuk kebahagiaanmu.
Jangan pikirkan aku, karena aku akan baik-baik saja. Aku sudah biasa terluka dan bergulat dengan rasa sakit.
Yang kupikirkan sekarang hanya kamu. Raihlah kebebasanmu, masa depanmu, impianmu tanpa harus terhalang dengan adanya aku.

Biarlah aku yang memulai mengucapkan kata selamat tinggal. Karena kalau kutunggu dari bibirmu, pasti kata itu takkan keluar dengan leluasa, berputar-putar yang malah akan membuatku semakin sakit.

Raihlah apa yang akan kau raih, genggamlah apa yang akan kau genggam. Dari kejauhan aku akan ikut bahagia.
Tapi satu yang kumohon darimu, jangan sobek kisah kita, jangan buang kenangan itu. Bagaimanapun, kamu pernah singgah dihatiku. Menutup luka masa laluku.

Jangan lupa, diwaktu senggangmu putar kembali kenangan waktu kita bersama. Mudah-mudahan itu akan selalu membuatmu mengingatku.

Nah, sekarang pergilah.

Selamat tinggal pujangga, kejar dan raihlah mimpi indahmu

Read more...

Senin, 23 Agustus 2010

Aku Kangen SMS mu..


Ting ting...
Suara telepon genggam ku berbunyi. Waktu sudah menunjukkan pukul 24.00.
Dengan malas kubaca isi sms itu.. Siang Darling...

Heiii... ternyata sms dari mu. Memang tidak lazim, saat malam merayap ucapan selamat siang yang kamu berikan. Tapi aku selalu merindukan sms itu, yang telah hilang beberapa hari ini. Yang aku sendiri tidak pernah tau kenapa.

Kamu tadi dateng ke acara buka bersama
Iya, aku tunggu kamu, tapi kamu nggak dateng..
Ya maap..

Selesai...

Aduuuhh... kamu tau tidak, aku menginginkan sms-sms gila mu kemarin. Tapi kenapa sekarang kamu berubah. Kenapa.. Ada apa???

Tapi tanya itu tidak pernah terjawab. Sampai suatu malam, sms kembali kamu kirimkan.

"Nanti aku kesana ya, agak sedikit malam boleh kan??"
"Ok, aku tunggu"

Ketika kamu datang, dengan wajah tidak berdosa kamu belai wajahku. Kamu sentuh rambutku.

Aku kangen kamu

Kamu kira aku nggak... Kamu tau, kalau aku sayang kamu. Aku kehilangan kamu, bingung, tanpa tau salahku, kamu diemin aku

Iya, aku juga sayang kamu. Maaf ya, beberapa hari ini aku sibuk. Kamu yang sabar ya..

Duh, gombal banget sih percakapan ini. Tapi melihat wajah kamu, semua kesal, sebel, marah sirna sudah.
Tapi kenapa selalu aku yang harus bersabar ya..

Tanya kenapa??? Yang aku sendiri tidak pernah tau jawabnya.

Read more...

Kamis, 19 Agustus 2010

Aku sebel kamu


Kamuuuuu........
Cuek banget sih. Aku sebel tau..
Aku bukan ingin mempertontonkan hubungan ini didepan teman-temanmu, yang teman-temanku juga.
Sama sekali tidak. Tapi setidaknya berilah sedikit waktu bagi ku untuk dapat membicarakan masalah ini.

Kamu tidak bisa dengan mudahnya meninggalkan aku, tanpa alasan yang jelas
Kamu tidak pernah mau membahas masalah ini, kenapa???
Kamu bilang kamu sayang aku, tapi kamu tidak sedikitpun memperhatikan ku.

Rasanya aku tidak pernah menuntut apapun darimu
Aku hanya ingin satu sms dari mu,
Katakan, kamu sibuk..
Cukup kok buatku..

Tapi kamu ya kamu..
Yang mengikuti alur pikiran mu sendiri, dan orang lain yang harus mengerti kamu.

Sampai kapan????

Read more...

Tuhan, Pelihara Dia

Ketika denting piano itu sayup terdengar
Membawakan lagu yang sangat kukenal
Kulihat engkau perlahan melangkah menuju altar

Mereka bukan lagi dua
Melainkan satu
Karena itu, yang telah dipersatukan Allah
Jangan diceraikan manusia

Tak ada lagi harapan buatku
Janji sudah engkau ucapkan dihadapan Tuhanmu
Aku harus merelakan mu
Pergi bersama dia dalam iman yang sama

Tuhan,
Cintai dia seperti aku mencintainya dahulu
Kuserahkan dia ke dalam tanganmu
Lindungi dia, kasihi dia
Berikan dia keluarga yang penuh cinta

She wears your ring to show the world
That she belongs to you
She wears your ring to show the world
She's your eternally
With loving care you place it on her finger
To show your love, for all the world to see

Read more...

Kau...

Kupejamkan mataku
Dan engkau berada di depanku
Kubiarkan kenanganku mengembara
Dan engkau selalu di sana

Laki-laki itu, laki-laki yang kurindukan
Semakin jauh di sana
Bahkan ketika kubelalakkan mataku
Engkau tetap tidak terlihat

Aku ingin engkau bukan sekedar bayangan
Aku ingin engkau berada di depanku
Bukan hanya dalam khayalku

Aku ingin dapat menyentuhmu
Menjamahmu
Memelukmu, bahkan kalau mungkin memilikimu

Aku tidak perduli tautan usia kita
Semuanya tidak ada bedanya bagiku
Engkau tetap menjadi engkau yang aku rindu
Tetap menjadi engkau yang apa adanya

Malaikatku, aku ingin engkau kembali dalam dekapanku, mungkinkah??

Read more...

Selasa, 17 Agustus 2010

Surat dari Jakarta

My Darling Mouli...
Ingatkah kamu empat tahun yang lalu dibulan ini kita pertama kali bertemu.
Setelah perjalanan mu melintasi lautan, melewati hari panjang dengan setumpuk pekerjaan yang menyita waktumu. Kau datang hanya untuk ucapkan kata "I love you darling.."

Darling,
Banyak sayang untukmu. Terima kasih untuk kesabaranmu menanti aku. Kesabaran mu untuk tidak marah karena aku jarang membalas sms mu. Terima kasih untuk kekhawatiranmu, memikirkan pekerjaanku, kesehatanku.

Darling,
Terima kasih untuk hari-hari indah yang kamu berikan untukku.
Walau pertemuan kita sangat dapat dihitung dengan jari, tapi kamu selalu memanjakan aku dipertemuan singkat kita. Menjadikan semuanya indah.

Darling,
Semuanya menjadi sangat bermakna dihidupku. Empat tahun perjalanan ini, banyak sudah coretan cerita tentangmu. Banyak tempat menjadi kenangan kita berdua. Aku rindu saat-saat tertawa denganmu. Walau dengan bahasa yang kadang aku tidak mengerti, karena kamu nakal, tidak pernah berusaha belajar bahasa ibuku. Aku rindu dimanjakan mu. Rindu pelukan sayangmu..

Darling,
Semoga akan terus begini ya, aku selalu menanti kehadiranmu untuk mengisi hari-hariku.
Semoga kamu mendapatkan pekerjaan yang baik dinegara ku ini, sehingga kita tidak lagi berpisah sejauh ini

Darling,
I love you so much, always be a good Mouli for me. You will always take care of my heart, begitu kan janjimu dahulu, empat tahun yang lalu..

Read more...

Minggu, 15 Agustus 2010

Semoga Kamu Berbahagia

Puasa ini tahun ini terasa lain. Sungguh..
Ngga ada lagi yang ditunggu. Ngga ada lagi yang ngucapin selamat berbuka
Kenapa semua jadi berubah.

Katamu, kitakan sekarang berteman.. tapi kenyataannya kenapa kamu menganggap aku seperti musuh.
Atau kamu belum dapat menghilangkan rasa itu.

Maafkan aku yang tidak lagi berada disisimu. Percayalah, semua demi kebaikan mu.
Kebaikan kita mungkin lebih tepatnya.

Jangan kamu berpikir aku tidak sabar menanti sampai tenggat waktu yang kamu berikan.
dua bahkan empat tahun lagi. Atau menunggu sampai kakak-kakakmu menikah.. bukan, bukan itu
Tapi apalah artinya waktu yang kita lewati, kalau tujuan akhir yang kita nanti jauh dari genggaman kita.

aku berharap, kamu mendapatkan pendamping yang mengerti kamu, mengerti emosi kamu yang suka tiba-tiba meledak, mengerti keisengan kamu.
Yang pasti seiman, yang selalu dapat kamu ajak berdoa dalam doa yang sama.
Percayalah, apa yang terbaik buat kamu, aku sangat mendukung.

Doaku menyertaimu.. semoga kamu berbahagia. Amin

Read more...

Rabu, 27 Mei 2009

Begini Sajakah Akhirnya...


Malam sudah larut ketika seorang perempuan 'iblis' tiba-tiba mengacak-ngacak duniaku. Mengganggu tidur lelapku, bahkan mengganggu hubunganku dengan kamu. Kamu kesal dengan jawaban-jawabanku ke 'iblis' itu. Aku tau, kamu tidak mau aku sedih dan terluka lagi.

"Kamu nggak perlu basa-basi langsung tutup aja telphonenya", katamu dengan intonasi yang sedikit tinggi

"Kamu nggak ngerti, ada kasus yang harus aku luruskan", balasku.

Malam itu temperamenku tiba-tiba saja meledak. Mungkin karena mulai pagi ada saja masalah yang menggangu ketenangan hari liburku.

"Apapun itu, kamu nggak ada urusan lagi sama dia"

"Aku tau porsinya kok, mana yang harus aku omongin mana yang tidak"

Tapi emosiku sudah keburu meledak, karena aku menghubungi kamu berharap kamu bisa mejadi penguat dan meredakan emosiku. Bukan malah mempersalahkan aku. Kemudian membaca sms kamu yang membuat aku semakin merasa ruwet.

Aku janji, tidak akan menceritakan masalah apapun yang bersangkutan dengan masa laluku ke kamu. Padahal tadinya aku pikir.... ah sudahlah.. apa yang aku pikirkan belum tentu selalu sama dengan apa yang kamu pikirkan. Begitu kan katamu?

Esok harinya dan beberapa hari kemudian aku tidak menghubungi kamu. Karena aku ingin mendinginkan hatiku dan kamupun tidak berusaha menghubungi aku.

Sampai akhirnya aku tidak tahan lagi. Ketika emosi mereda rasa lain datang menderaku. Aku kangen kamu.. Aku mencoba menghubungi kamu. Tapi ternyata kamu sudah terlalu marah karena aku menghilang beberapa hari.
Tidak ada maaf buatku. Tidak ada lagi kesempatan. Semuanya berakhir begitu saja.

Aku bersyukur.. sampai kita berpisah, aku tetap menjaga janjiku kekamu. Tidak membuka hatiku untuk orang lain.

Dan yang harus kamu pahami, aku tidak akan pernah kembali buat 'dia'. Buat seseorang yang pernah menghancurkan hidupku.

Read more...

Jumat, 01 Mei 2009

Si Njlimet Sayang..


"Saya besok pulang Nda", katanya.
"Aku mau kita ngobrol", balasku.

Kekesalan dan jengkel hati ingin kutumpahkan padanya.
Aku ingin minta penjelasannya, ada apa dibalik kemarahannya waktu itu.

Sesaat setelah dia menjejakkan kakinya di ibukota ini, dan taksi yang membawa kita pulang kerumah belum lagi sampai diujung jalan, dia sudah membuka pembicaraan.

"Kamu tau, aku nggak pernah bisa marah lama sama kamu. Nggak ada apa-apa kok Nda, cuma kesel aja, kamu nggak kasih kabar. Kamu tau kan aku khawatir"

"Tapi ngambek kamu jelek. Ngomongnya jelek. Aku nggak mau yang kaya gini lagi"

"Makanya kalau udah tau lakinya kaya gini, jangan dipancing dong buat marah"

Dipancing??? emang dia pikir dia ikan.

"Pokoknya aku nggak mau urusannya jadi panjang kaya kemarin".

"Saya njelimet ya, kaya gangsing. Selalu berputar, walaupun tidak diputar tetapi selalu ingin berputar," katanya tenang.

"Iya, tapi yang ngadepinnya bingung"

"Gampeng kok, dengerin aja"

"Kalau aku diem aja kamu bilang seperti ngomong sama tembok. Kalau dijawab dan jawabannya salah kamu malah makin meradang"

"Makin njelimet kan? Itulah kenapa perempuan sebelumnya tereliminasi dari kehidupan saya. Mereka nggak sekuat kamu"

"Sekarang aku kuat. Tapi kalau kamu tetap begini, apa nggak mungkin kamu yang akan tereliminasi dari hidup aku"

Sejenak dia terdiam

"Ya nggak seperti itu. Saya cuma tidak mau ditantang"
"Dasar laki-laki"

Kemudian diapun tersenyum. Kamu selalu ngerti saya, tau saat-saat dimana hati saya sedang muram, kesal atau senang. Bahkan dari bahasa tubuh, perubahan raut wajah saya pun kamu tau apa yang saya inginkan atau pikirkan.

"Saya sayang kamu, kamu begitu ngerti saya. Yang sabar ya ngadepin saya. Kalau saya marah jangan dimasukin ke hati, itu cuma ungkapan sayang dan rasa takut kehilangan kamu".

Heeemmm... rupanya begitu ya cara kamu mengungkapkan sayang dan ketakutanmu. Dasar lelaki..

Malam itu pun berakhir dengan damai. Saat aku menyandarkan kepalaku didadanya yang bidang, memandang langit yang berbintang. Kupandang dalam kedua matanya. Ada cinta dan sayang disana.

"Aku sayang kamu, walaupun kamu njlimet..."

Dia pun tersenyum, sambil mengucek-ngucek kepalaku....
"Kamu selalu punya cara bikin saya ketawa yaa...."

Read more...

Rabu, 29 April 2009


Ribut lagi.. sebenarnya masalah ini bukanlah hal besar menurut aku. Hanya karena aku belum memberitahu bahwa aku sudah sampai di rumah setelah acara karoke dengan teman media dan klient. Mendengar kalimat-kalimat dia yang sedikit keras (menurut aku), membuat emosiku pun meledak.

Bukannya aku tidak perduli dengan perasaan khawatir kamu. Tapi aku juga mau kamu tau, bahwa aku sedang tidak mau ngobrol panjang lebar. Letih dan sakit kepala membuat perasaan malas lebih mendominasi dari pada kerinduan padamu. Tapi seperti biasa, mana bisa kamu menerima alasan-alasanku. Kamu malah menuduhku.. tapi kamu bilang itu bukan tuduhan. Apapun lah namanya, buat aku suasana ini sudah makin membuat aku seperti ingin meledak.

Kamu selalu punya pemikiran sendiri, yang aku sendiri nggak pernah ngerti mau kamu seperti apa. Kamu njelimet. Selalu membuat masalah yang simple menjadi ruwet. Ketika jawabanku hanya diam kamu pun makin meradang.

Saat kamu bilang, seperti apa perasaanku. Aku sampaikan.. tapi kamu nggak bisa terima. Malah berbalik menjauh dariku. Salah nggak sih kalau aku bilang, aku selalu merasa punya ketakutan yang besar kalau bikin salah kekamu. Walau menurut aku itu bukan kesalahan. Hanya tidak sms atau telephone mengabarkan bahwa aku sudah sampai dirumah??? Kesalahan besar kah itu???

Aku bukan malaikat yang tidak pernah salah. Aku manusia biasa yang saat ini sedang dalam gundah dengan begitu banyak masalah yang harus aku hadapi. Aku mau kamu jadi penguatku, bukan malah menghilangkan semangatku.

Tapi cara pandang kita memang selalu berbeda, selama ini aku berusaha untuk mengerti dan nggak pernah mau ribut. Ternyata saat ini aku mulai lelah, lelah dengan pertanyaan kamu.. lelah dengan pemikiran-pemikiran kamu yang terlalu maju, lelah dengan kalimat-kalimat sinis kamu.

Kalau boleh aku bilang, seribu perempuan pun yang mendampingi kamu, tidak akan pernah ada yang kuat menghadapi sikap kamu yang seperti ini.

Kalau saja masing-masing kita mau berbenah diri, sedikit mengerti kekurangan kita dan saling mengisi kekurangan itu, rasanya nggak akan pernah ada ribut-ribut yang tidak bermutu seperti ini. Atau mungkin jarak dan rindu yang membuat kita menjadi lebih temperamen dan sensitive. Entahlah..

Read more...

Rabu, 08 April 2009

Maaf


Kenapa harus pake nginep...???
Ya karena aku melarikan diri darimu
Tapi itu bukan jalan keluar
Aku tau, tapi kamu marah-marah terus..
Itu bukan alasan...

Setelah itu, puluhan pesan singkat dan telphone terus berdering. Dengan pertanyaan yang sama kenapa kamu begitu??? Kamu pergi kemana? sama siapa? ngapain? (kenapa jadi kaya lagunya Kangen Band ya....)

Aku kan sudah bilang, aku cuma sejenak membuang waktu dengan menemani temanku jalan-jalan. Itu aja kok.. Tapi kamu tidak percaya.
Cemburu yaaa... duh duh senangnya ternyata kamu bisa cemburu juga. Tapi kalau sampai seperti ini, bukan senang jadinya. Malah rasa takut yang datang. Karena aku nggak sanggup menjawab pertanyaan kamu yang njelimet, yang berputar disitu-situ aja.

Aku cape menjawabnya. Karena semua pertanyaan kamu sudah aku jawab, sudah aku jelaskan. Aku tidak mendua, tidak membagi hatiku buat orang lain. Aku tetap menjaga diriku, hatiku semua buat kamu. Aku sudah menjelaskan kemana aku pergi. Tapi kamu tetap mendesak aku harus menjawab semua pertanyaan yang itu-itu saja.

Diamku membuat kamu marah. Aku makin bingung, makin tidak mengerti. Apa lagi yang harus aku katakan. Jawaban seperti apa lagi sih yang kamu inginkan. Menurut aku masalah ini sudah selesai, tapi tidak menurutmu.

Ketika kutanya, jawaban yang seperti apa yang kamu mau. Kamu malah tertawa dengan sinis, tawa khas mu yang membuat aku benci tujuh turunan. Sampai kapan aku kuat menghadapi sifat kamu yang sangat njelimet ini????

Read more...

Rabu, 11 Maret 2009

Satu sama


Jangan sepelekan soal sandal jepit. Gara-gara si sandal jepit ini, akhirnya si dia pun harus membeli sepatu yang harganya berpuluh kali lipat dari harga si sendal.

Awal cerita begini..

Malam itu di Bandung yang berhawa agak sedikit dingin
Kami dengan langkah santai berjalan menuju kantor pos untuk mencari tau jadwal buka kantor pos esok hari.

Setelah urusan dengan kantor pos selesai, kami pun lanjut menuju Bandung Indah Plaza. Ga ada rencana apa-apa, cuma mengisi malam-malam kami sambil menunggu esok tiba.
Diperjalanan tiba-tiba dia berhenti sambil memetik rimbunan pohon yang ada dimuka rumah orang.
"Nda, coba rasain, pucuknya manis lo," katanya sambil menyodorkan pucuk batang pohon tersebut ke mulutku.

Dengan sedikit rasa heran dan tidak percaya, akupun mengatupkan mulut untuk merasakannya. Ketika pucuk itu masuk ke mulutku dia pun dengan bersemangat menariknya kembali, sehingga batang pohon itu tertinggal sebagian dimulutku.

Dia tertawa dengan penuh kemenangan dan akupun tersadar kalau dia sudah memulai keisengannya.
Awas ya.. tunggu pembalasanku.

Kami pun melanjutkan langkah menuju mall langganan kami, karena itulah yang paling dekat dengan tempat tinggalnya.

"Liat sepatu dulu ya Nda," katanya.
Akupun menurut saja. Dengan sabar aku menunggu, karena aku tau nggak mudah mencari sepatu untuk ukuran kakinya yang diluar normal.
Sesaat kemudian, dengan tergopoh-gopoh dia menghampiriku,
"Bunda, coba liat kaki ayah".

Tanpa bisa kutahan tawaku pun meledak. Ternyata kaki kanan dan kirinya memakai sendal yang berbeda. Dia pun melotot.
"Bunda ih, bukannya tadi mau berangkat ngeliatin dulu sekarang malah ngetawain," katanya.
Eh enak aja dia nyalahin aku. Itulah balasan atas keusilanmu tadi. Satu samaa....

Read more...

Senin, 02 Maret 2009

Bandung Tak Lagi Asik

Cuy…Sabtu ikutan ke Bandung yuk, ada farewel partynya GM di sana, kata Edoy salah seorang teman media saat kami sedang berkumpul di sebuah hotel pinggir pantai Jakarta.

Sabtu??? Itu hari keluarga. Gue harus nemenin anak gue ikut festival.

“Ada aja alasannya, mentang-mentang ngga ada lagi yang dikunjungi disana,” jawabnya kesal.

Setelah 'Dia' berencana pindah ke Pulau Dewata, mendengar kata Bandung tidak lagi membuat hati ini bersorak. Hanya membuat sedih, karena dalam waktu singkat begitu banyak kenangan yang tertinggal disana.

“Kita disiapin kamar cuy.. seperti biasa. Yuukkk kita weekend sama teman-teman”, katanya lagi.

"Nggak ah", kataku lagi.

Setelah aku menolak ajakan Edoy, tiba-tiba 'Dia' berencana untuk membereskan barang-barangnya yang masih tersisa di Bandung untuk segera dikirim ke Bali. Dan aku bermaksud membantunya mengepak dan mengantar barang-barang itu ke ekspedisi.

Sabtu sore pun kami menuju Bandung, menghabiskan malam yang tersisa, menelusuri jalan yang biasa kami lalui, tertawa, mengomentari orang lewat.

Kami juga sempatkan mampir di warung bubur langganan kami, juga menyambangi teman sambil berpamitan. Malam itu kami tutup dengan nonton Eagle Eye walau sebagian cerita filmnya kami nggak tau karena tertidur didalam bioskop.

Bandung, kutitipkan kenanganku padamu.




Read more...

Kamis, 19 Februari 2009

Salahkah Aku


Aku pinjam tasmu
Karena itu mungkin aku merasa memilikinya
Bodoh... pinjam ya tetap pinjam
Aku nggak berhak membukanya ketika itu telah berada ditanganmu

Tapi aku kan ingin mengambil barangku yang tertinggal ditas itu

"Tetap salah.... Kamu tidak berhak membukanya tanpa izinku"

Terus bagaimana dengan kebohonganmu

"Aku hanya mengujimu.."

Jadi tetap aku yang salah
Kulihat mukamu tersenyum sinis

Kau timpakan kebohonganmu diatas salahku
Kau menari diatas sesalku
Kau patahkan kejujuranku

Read more...

Rabu, 11 Februari 2009

He Knows Me Well


Siang itu ketika sedang merapikan lemari pakaiannya, tangan usil ini iseng membuka sebuah dompet lucu berwarna hijau. Tiba-tiba aku tersentak. Kutemukan foto-foto dan surat dari masa lalunya yang masih tersimpan dengan rapi.

Huuhh, kenapa sih kamu masih menyimpan kenangan masa lalumu. Lalu apa artinya aku buat dirimu. Aku ga suka…

Tak lama kemudian masuk sebuah SMS dengan kalimat singkat “Foto dan surat tidak berarti apa-apa Nda”, tulisnya. Dia sangat tahu keresahanku. He knows me well.

Dalam keadaan marah, kesal, sedih dan kecewa kulangkahkan kaki menuju sebuah mall di tengah kota Bandung. Niatnya sih untuk menghilangkan suntuk dihati. Tapi ketika lewat toko perhiasan, kulihat sebentuk cincin yang terpajang disana. Yang pertama terbersit dipikiranku alangkah manisnya kalau cincin ini berada dijari manismu. Lagi lagi kamu yang ada dipikiranku.

Sore itu kami sedikit berdebat, kekesalan kutumpahkan kepadanya. Tapi seperti biasa, semuanya selalu berakhir dengan senyum dan tawa yang membuat perut sakit..
Apalagi kalau bukan karena dia menggangguku dengan gurauannya.

Kemudian.. dengan perasaan menyesal karena timbul “sedikit” rasa tidak percaya padanya, kuselipkan cincin yang kubeli siang itu dijari manisnya.

Sayang, kubeli cincin ini dengan cinta, dan kuselipkan dengan rasa kasih. Cincin itu hanya sebagai tanda, bahwa aku ada.. walau tanpa itupun aku berharap akan selalu ada di hati, pikiran, perasaan, langkah dan doa-doamu..

You wear my ring to show the world that you belong to me
With love and care I place it on your finger
To show my love for the world to see

Read more...

Selasa, 10 Februari 2009

Bali Oh Bali

Bali…begitu dia sampaikan kepadaku. Uuuhh ternyata setelah Bandung masih ada Bali. Aku pikir Bandung adalah pelabuhan terakhirmu. Tapi seperti angan-anganmu selama ini, Bali adalah impianmu untuk membangun masa depan, lalu aku harus bilang apa.
Melarangmu?? walau ingin tapi sungguh egois rasanya. Aku cuma berharap, apa yang kamu inginkan bisa kamu dapatkan disana. Inikan juga buat kita, kamu, aku dan anak-anak kita……

Tapi untuk kepergianmu kali ini, aku harus ekstra mempersiapkan diri. Mempersiapkan mentalku berada semakin jauh darimu. Mengukir rindu, merajut mimpi sendiri..

Kemarin waktu kamu pergi dan harus tinggal di Bandung, ingin rasanya setiap akhir pekan menghabiskan waktu disana, berdekatan denganmu. “Bandung deket kok Nda, Cuma 2 jam, kamu bisa kapan aja dateng kesana”, begitu katamu waktu itu. Iya sih betul, Bandung dekat tapi kenyataannya, tetap ga bisa tiap minggu aku datang menyambanginya. Rindu yang ada tetap berada disini, dihatiku..

Bali??? “Tenang bunda, tiap bulan ayah pasti dateng”, katanya menenangkanku. Memang dia paling bisa membuat tenang perasaan ini, selalu mempunyai cara terbaik untuk menghalau resahku.

Hari itu semakin dekat, dan rasa itu pun semakin kuat, rasa takut kehilangan mu. Karena begitu banyak kenanganmu berada disana.. Aku cemburu………

Read more...

Entri Populer

Komunitas

Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources