Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 13 November 2009

Menanti Hujan

Hari ini mau kemana ya? Ah tiba-tiba soulmate ku menawarkan untuk datang ke kantornya. Sekedar buat main onet. Mainan favorit kita. Wah senangnya... Tapi sebelum aku main ke kuningan, aku mampir ke kantor dulu ah, liat-liat FB, buka-buka email. Kirim-kirim message, mumpung gratis, hehe...

Herannya setelah sampai dikantor, bokong yang sudah manis menempel dikursi yang lumayan empuk ini enggan untuk beranjak. Akhirnya kukabarilah sang soulmate untuk bertandang ke kantorku dan dijawab dengan sigap Ya oleh dia.

Setelah tak lama sang soulmate datang, hujan pun turun dengan derasnya. Akhirnya kami menghabiskan sore yang gelap dengan tawa, saling mengejek diantara derasnya hujan dan sambaran petir.

Sementara hujan tak kunjung reda.. Jalanan pun ampun macetnya. Mendengar berita bahwa jalan protokol digenangi air juga beberapa jalan lain di ibu kota, tak terkecuali akses jalan menuju kerumah ku, yang memang langganan banjir dari tahun ke tahun.

Hari semakin larut. Hujan pun tak kunjung reda. Akhirnya kami nekad pulang ditengah gerimis dan malampun telah menunjukkan pukul 22.30. Sampai di Blok M, terminal yang biasanya riuh malam itu terasa begitu sepi. Kendaraan yang menuju ke rumahku pun yang biasanya bejibun saat itu hanya ada dua dan itupun tak sampai tujuan, bahkan setengah perjalananpun tidak.

Usut punya usut ternyata Cipulir dan BNI banjir. Duh, itu jalur yang harus kulalui. Terbayanglah kemacetan panjang yang harus aku alami. Berdasarkan pengalaman, biasanya aku akan sampai rumah menjelang pagi. Otak pun berpikir gimana caranya bisa sampai dirumah tanpa harus melalui banjir dan kemacetan itu. Akhirnya akupun berusaha mencari taksi, tapi taksipun nggak mau mengingat jauhnya jalur dan mungkin banjir atau macet yang akan dilalui.

Heeemm... mungkin seorang teman yang berprofesi sebagai Public Relation sebuah hotel dapat membantu. Alhamdulillah ternyata kemudahan kudapatkan. Sang teman menyediakan sebuah kamar untuk kami. Aku dan soulmate pun meluncur. Sampai disana tanpa banyak aturan kami pun dapat menempati kamar kami.

Fifi.. senangnya bisa berkumpul dikala kita susah, menghabiskan waktu, merenda sore yang tanpa mentari.... Menghabiskan malam dengan mendengar dengkurmu. Sheila, terima kasih telah menyediakan kamar untukku.

Read more...

J E N U H

Tiba-tiba aku ngerasa jenuh. Jenuuuhhh banget. Kacau, hati berdebar-debar. Perasaan ini kurasakan hampir satu minggu ini. Entah apa yang mau terjadi. Di rumah pun suasana tidak mendukung. Mau cerita ke si inang, bukan jawaban yang didapat malah beliau yang balik berkeluh kesah dan malah membuat beliau resah.

Ma'af ku jenuh dengan semua ini... Ingin rasanya pergi kesuatu tempat yang bisa menghilangkan rasa ini. Atau rasa ini kuberikan pada siapa saja yang bisa dengan ikhlas dan lapang dada menerimanya.

Aku jenuh, ingin mengadu. Cuma Tuhan yang setia mendengar semua keluh kesahku, sedihku, kesalku bahkan dendamku...

Tuhan, Engkau sungguh tahu semua isi hatiku... Tolonglah aku keluar dari semua keluh ini, semua beban ini... Jangan Engkau berpaling dariku... Tetaplah selalu berada disisiku, dalam setiap pintaku, dalam setiap doaku...

Aku percaya, apa yang kuminta tidak Engkau kabulkan saat ini juga itu semata demi kebaikanku. Tapi aku tetap menunggu janjimu Tuhan...

Read more...

Senin, 14 September 2009

Aku Hadir Lagii....

"Mbaakk... mana tulisan lu, kok mandeg?", begitu kata si gembil Enno, temanku yang menjerumuskan aku ke dunia ini.

"Iya nih, otak gue lagi buntu. Di tempat gue yang baru ngga banyak kesempatan buka-buka blog apalagi buat nulis. Akhir-akhir ini gue sibuk pula, lengkaplah sudah penderitaan gue," jawabku.

Ma'af beribu ma'af, akhirnya kesibukan yang kusalahkan gara-gara aku tidak sempat menulis, bahkan hanya untuk sebait kata atau sepenggal pesan.

Aku baru benar-benar menyadari, ketika anak harus masuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Ternyata yang lebih sibuk itu orang tua. Sementara si anak dengan santai cuma bilang, ya terserah mama aja. Duh.. duh.. anak sekarang...

Dari mulai mencari sekolah, daftar bahkan menemani saat hari pertama masuk sekolah, semua harus mama. Tapi lucunya, ketika sudah seminggu sekolah berjalan dia mulai wanti-wanti.

"Mama ngga usah nganter aku kesekolah ya, mama ngga usah nemenin ya", katanya.

Begitu rupanya ya kalau sudah banyak teman. Malu kalau keliatan mamanya masih nungguin. Merasa sudah menjadi anak remaja. Maklum, sekarang kan sudah kelas 7 udah SMP, walau dirumah semua masih harus mama, bahkan untuk urusan makan dan tidur...

Read more...

Rabu, 08 Juli 2009

Mak Kiki Lagi Error

Sudah lama ditunggu, yang empunya blog tak kunjung mengapdet blognya. Terpaksalah saya sebagai orang yang merasa bertanggung jawab menjerumuskannya ke lembah blogger, memutuskan untuk mengisi kehampaan, eh kevakuman.

Tadi subuh saya mengiriminya pesan pendek, berusaha menggugah kesadarannya untuk mengapdet blog. Tapi si emak-emak satu ini menjawab dia sedang error karena sibuk mengurus sekolah Zaky, anak semata wayangnya.

Ya sudahlah.
Saya mau ngacak-ngacak dulu di sini. Sekalian mau bilang sama dia:

I miss you....
Huhuhuhu...

Kemaren pulang sebentar ke Jakarta, tapi cuma dua hari dan nggak sempet ngerumpi.
Menyedihkan! Padahal loe kan partner in crime gue, Mbak......

Huhuhuhu.....
hiks...

Read more...

Rabu, 27 Mei 2009

Begini Sajakah Akhirnya...


Malam sudah larut ketika seorang perempuan 'iblis' tiba-tiba mengacak-ngacak duniaku. Mengganggu tidur lelapku, bahkan mengganggu hubunganku dengan kamu. Kamu kesal dengan jawaban-jawabanku ke 'iblis' itu. Aku tau, kamu tidak mau aku sedih dan terluka lagi.

"Kamu nggak perlu basa-basi langsung tutup aja telphonenya", katamu dengan intonasi yang sedikit tinggi

"Kamu nggak ngerti, ada kasus yang harus aku luruskan", balasku.

Malam itu temperamenku tiba-tiba saja meledak. Mungkin karena mulai pagi ada saja masalah yang menggangu ketenangan hari liburku.

"Apapun itu, kamu nggak ada urusan lagi sama dia"

"Aku tau porsinya kok, mana yang harus aku omongin mana yang tidak"

Tapi emosiku sudah keburu meledak, karena aku menghubungi kamu berharap kamu bisa mejadi penguat dan meredakan emosiku. Bukan malah mempersalahkan aku. Kemudian membaca sms kamu yang membuat aku semakin merasa ruwet.

Aku janji, tidak akan menceritakan masalah apapun yang bersangkutan dengan masa laluku ke kamu. Padahal tadinya aku pikir.... ah sudahlah.. apa yang aku pikirkan belum tentu selalu sama dengan apa yang kamu pikirkan. Begitu kan katamu?

Esok harinya dan beberapa hari kemudian aku tidak menghubungi kamu. Karena aku ingin mendinginkan hatiku dan kamupun tidak berusaha menghubungi aku.

Sampai akhirnya aku tidak tahan lagi. Ketika emosi mereda rasa lain datang menderaku. Aku kangen kamu.. Aku mencoba menghubungi kamu. Tapi ternyata kamu sudah terlalu marah karena aku menghilang beberapa hari.
Tidak ada maaf buatku. Tidak ada lagi kesempatan. Semuanya berakhir begitu saja.

Aku bersyukur.. sampai kita berpisah, aku tetap menjaga janjiku kekamu. Tidak membuka hatiku untuk orang lain.

Dan yang harus kamu pahami, aku tidak akan pernah kembali buat 'dia'. Buat seseorang yang pernah menghancurkan hidupku.

Read more...

Rabu, 13 Mei 2009

Ini Cerita tentang Si "Gembil"


Saya mau sedikit cerita tentang temen saya namanya Enno 'Gembil' Sureno (dulu saya memanggilnya Ndut, tapi ternyata "Gembil" lebih cocok buat dia). Sebenarnya dia perempuan yang cengeng.
Nggak segalak kalau dia ngomong, nggak sejudes tatapannya. Pernah suatu pagi dia sampai di kantor dengan muka yang sembab, dia nangis semalaman. Alasannya cuma karena seorang laki-laki yang hidup di negari antah berantah (menurut saya.. karena penampakannya nggak pernah jelas).

Kasus 1: "Mbak.... si "K".. bla.. bla.. bla..." berceritalah dia dengan mata berkaca-kaca. Antara kasihan, bingung dan lucu saya pandangi wajahnya.

Kasus 2: Tiba-tiba ditengah kegiatannya mengedit berita, saya melihat matanya yang sembab. "Mbak, katanya Denny si "K".. bla.. bla.. bla.. Duh kasus.. selalu laki-laki dari negeri antah berantah ini yang bisa membuat perempuan berpipi gembil ini menangis.

Kasus 3: Ini yang paling seru... Si Gembil kehilangan handphone ditempat biasa kami makan siang. Cafe rumahan dekat kantor.

"Mbaaaakkk... huhuhu... hp gue hilang... "

"Kok bisa?"

"Iya tadi gue mau bayar terus hp nya gue letakin disini, eh disana, eh disitu, dengan wajah panik dan nyawa yang separuh belum nyambung dengan badannya karena shock.

Alhasillah sore itu saya menemaninya menyelidik keberadaan handphone tersebut. Dia pun menyusuri setiap tempat. Karena luas dan berantakannya tempat pencarian, maka dia pun menghentikannya. Handphone tetap tidak ketemu, entah sudah pergi jauh dari cafe itu, atau masih anteng ngumpet di salah satu sudut cafe.

Dengan peluh yang menetes di dahinya dan wajah yang sangat sedih dan kecewa akhirnya dia pun pergi meninggalkan cafe tersebut tanpa hasil. Saya pun cuma bisa menghiburnya... Abis mau gimana lagi...

"Gue janji mbak, nggak akan pernah datang lagi ke cafe ini", katanya.

Read more...

Jumat, 01 Mei 2009

Si Njlimet Sayang..


"Saya besok pulang Nda", katanya.
"Aku mau kita ngobrol", balasku.

Kekesalan dan jengkel hati ingin kutumpahkan padanya.
Aku ingin minta penjelasannya, ada apa dibalik kemarahannya waktu itu.

Sesaat setelah dia menjejakkan kakinya di ibukota ini, dan taksi yang membawa kita pulang kerumah belum lagi sampai diujung jalan, dia sudah membuka pembicaraan.

"Kamu tau, aku nggak pernah bisa marah lama sama kamu. Nggak ada apa-apa kok Nda, cuma kesel aja, kamu nggak kasih kabar. Kamu tau kan aku khawatir"

"Tapi ngambek kamu jelek. Ngomongnya jelek. Aku nggak mau yang kaya gini lagi"

"Makanya kalau udah tau lakinya kaya gini, jangan dipancing dong buat marah"

Dipancing??? emang dia pikir dia ikan.

"Pokoknya aku nggak mau urusannya jadi panjang kaya kemarin".

"Saya njelimet ya, kaya gangsing. Selalu berputar, walaupun tidak diputar tetapi selalu ingin berputar," katanya tenang.

"Iya, tapi yang ngadepinnya bingung"

"Gampeng kok, dengerin aja"

"Kalau aku diem aja kamu bilang seperti ngomong sama tembok. Kalau dijawab dan jawabannya salah kamu malah makin meradang"

"Makin njelimet kan? Itulah kenapa perempuan sebelumnya tereliminasi dari kehidupan saya. Mereka nggak sekuat kamu"

"Sekarang aku kuat. Tapi kalau kamu tetap begini, apa nggak mungkin kamu yang akan tereliminasi dari hidup aku"

Sejenak dia terdiam

"Ya nggak seperti itu. Saya cuma tidak mau ditantang"
"Dasar laki-laki"

Kemudian diapun tersenyum. Kamu selalu ngerti saya, tau saat-saat dimana hati saya sedang muram, kesal atau senang. Bahkan dari bahasa tubuh, perubahan raut wajah saya pun kamu tau apa yang saya inginkan atau pikirkan.

"Saya sayang kamu, kamu begitu ngerti saya. Yang sabar ya ngadepin saya. Kalau saya marah jangan dimasukin ke hati, itu cuma ungkapan sayang dan rasa takut kehilangan kamu".

Heeemmm... rupanya begitu ya cara kamu mengungkapkan sayang dan ketakutanmu. Dasar lelaki..

Malam itu pun berakhir dengan damai. Saat aku menyandarkan kepalaku didadanya yang bidang, memandang langit yang berbintang. Kupandang dalam kedua matanya. Ada cinta dan sayang disana.

"Aku sayang kamu, walaupun kamu njlimet..."

Dia pun tersenyum, sambil mengucek-ngucek kepalaku....
"Kamu selalu punya cara bikin saya ketawa yaa...."

Read more...

Entri Populer

Komunitas

Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources