Kenapa Harus Pergi
Langkah kaki itu pelan melangkah pergi.
"Mau kemana," bisikku. "Ada apa?"
"Masuklah, dan pergilah tidur. Jangan pikirkan aku", jawabmu.
Aku tidak mengindahkan perintahmu. "Kau mau kemana, jangan tinggalkan aku", teriakku.
"Sssttt.. jangan berisik. Sudah kembalilah, masuk kedalam selimut hangatmu", katamu sambil mencium jidatku.
Tidak Michael, kemanapun kau pergi aku harus ikut. Cuma kau yang saat ini aku punya. Kau sudah menjadi bagian dari hidupku. Kau adalah kakak sekaligus menjadi ayah bagiku. Karena cuma kau yang bisa mengerti aku. Aku berjanji, tidak akan banyak bertanya, aku akan bangun pagi, menyiapkan sarapan, mencuci, atau apapun yang kau perintahkan. Asal jangan tinggalkan aku.
Tapi kau tetap dengan pendirianmu, dengan keputusanmu.
Kenapa kau harus pergi karena perempuan itu, bukan kah kau berjanji pernikahan tidak akan memisahkan kita.
Bawalah perempuanmu ke sini, ke dalam rumah ini. Berkumpul bersama kami.
"Kau tidak pikirkan sedihnya hati ibu kita yang harus kembali kehilangan anaknya. Kau tidak memikirkan adikmu ini, siapa lagi yang akan menghapus air mataku dikala aku sedih", kataku sambil berlinangan air mata.
"Tidak bisa, semua harus kutinggalkan. Mereka tidak bisa menerima perempuanku.Altar sudah menunggu, pendeta telah menunggu," katamu lagi.
Michael, altar itu akan terus berada disitu, pendeta itu akan setia menantimu. Tidak perduli berapa lama dia harus menunggu. Karena itu sudah menjadi kewajibannya.
Tapi engkau tetap melangkah pergi, menjemput perempuanmu.
Janjilah padaku, kau akan kembali, bawalah perempuanmu kesini...
0 komentar:
Posting Komentar